Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Orang Tua Harus Beri Perhatian Maksimal | Tulisan Deka Firhansyah yang terbit di Media Indonesia Sabtu, 10 Februari 2018

*Media Indonesia lagi
.
Koran hari ini Sabtu, 10 Februari 2018
.
Tidak sama persis dengan yang saya tulis tapi jadi lebih enak untuk dibaca hahaha

Buat yang mau baca versi cetak ada di kolom SUARA ANDA pada Harian Media Indonesia hari ini (Sabtu, 10 Februari 2018). Silakan bisa dibaca juga versi epapernya disini==>>https://­drive.google.com/­file/d/­10YkfrrdOA-Ow5fKQRcSC­RkEtHf_oEnS0/­view?usp=drivesdk.

untuk versi sebelum di edit beginilah selengkapnya 😁
...
Guru tewas dianiaya murid, mengapa bisa terjadi?
Oleh: Deka Firhansyah
*Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara FISIP UNSRI & blogger di www.Dekafirhansyah94.blogspot.com

Terima kasih atas pertanyaan yang sebenarnya terlihat simpel namun sulit dijawab tersebut. Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut secara komprehensif atau menyeluruh. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab mengapa Murid kemudian bisa menganiaya Guru,

1. Tontonan
Salah satu faktor yang dapat saya sorot adalah fakta bahwa tonton anak muda zaman sekarang tidak jauh dari kisah pemuda-pemudi yang suka membangkang, memberontak, dan berakhir dengan kekerasan. Anak-anak Zaman Now banyak disuguhkan tontonan dimana seorang guru tidak lagi perlu dihormati, bahwa guru juga bisa salah. Kenyataannya guru memang bisa salah, kalau tidak salah tidak mungkin sampai ada guru masuk penjara. Terbaru sosok fiksi film Dilan yang lagi Viral, Dilan berani menentang guru dan ini pesan yang lebih mudah ditangkap anak muda ketimbang sisi-sisi positif dari tokoh Dilan sendiri. Kemudian kita juga disuguhi tontonan Viral dimana sosok Ketua Bem UI bernama Zaadit dengan gagah beraninya meniup peluit dan mengacungkan buku yang disimbolkan sebagai kartu kuning dalam olah raga sepak bola, diikuti pula #KartuKuningJokowi. Paling mudah ditangkap anak muda dari dua tontonan itu adalah anak muda tidak perlu lagi hormat kepada orang yang lebih tua. Tidak lagi hormat, dan tidak lagi patuh kemudian ditunjukkan secara lebih nyata dengan adanya tontonan kisah tragis dimana seorang guru tewas setelah dianiaya muridnya.

Teguran seorang guru kepada muridnya ketika proses belajar-mengajar seperti mencoret wajah si murid pada kasus tersebut Zaman now dianggap tindakan yang bertujuan mempermalukan di depan teman-temannya ketimbang mendidik dan membuat murid bisa jadi merasa kesal dan menyimpan dendam. Sorak-sorai teman-temannya di kelas bisa jadi menambah dendam itu menjadi memuncak. Seharusnya guru bisa membangungkan si murid secara pelan-pelan kemudian bertanya "ada masalah apa nak?" Atau pertanyaan lain secara lembut, bicara dari hati-kehati lebih baik daripada langsung memberi hukuman.

Saya kemudian melakukan survey kecil-kecilan di Facebook untuk menjawab pertanyaan “Guru tewas dianiaya murid, mengapa bisa terjadi?” tersebut dan beginilah hasilnya, ada yang menjawab seperti ini:
• Karena ada pola asuh yang berbeda antara keluarga dengan sekolah.

Bisa dijelaskan secara detail pola asuhnya bagaimana?
Relatif. Jika di keluarga anak diajarkan menjadi anak mama, lebih disayangi, atau ada pula orang tua yang over-protektif.
Ketika anak masuk ke sekolah, ia merasa dilindungi oleh orang tua. Sehingga ia tak takut jika melakukan kesalahan di sekolah.
Ketika guru di sekolah melakukan kesalahan ia berontak seakan dia punya benteng yang kokoh.
Sementara di sekolah, anak benar-benar dididik. Didikan guru jelas berbeda dengan orang tua.
kok bisa ya.... analogi berfikir.... Guru d aniaya..
Bisa saja. Anak indonesia krisis tatakrama, karena sosialisasi subbudaya menyimpang. Pengennya spt org luar, tp tidak mampu memfilternya.

Kemudian ada juga yang menjawab seperti ini:
1. Krn kematian adalah sesuatu hal yg pasti.
2. mungkin karna udah takdirnya sang guru harus mati di tangan muridnya sendiri.

Ada juga yang menyalahkan orang tua si murid, seperti jawaban berikut ini:
Karena ortu si murid

Agak terlihat teoritis ada juga yang menjawab seperti ini:
Menurut saya pendidikan karakter siswa belum terinternalisasi dalam diri masing-masing. Daya intelektualitas, pergaulan dan pola asuh juga dapat mempengaruhi.

Beliau menambahkan seperti ini:
Murid tsb belum dapat menginternalisasi karakter sesuai nilai-nilai dan norma sosial dimana ia tinggal. Bersikap hormat kepada guru atau orang yang lebih tua dan larangan menganiaya orang lain sesuai yang termuat dalam UU merupakan contoh nilai dan norma tsb. Karena ia belum dapat menginternalisasi nilai dan norma itu dalam dirinya, bisa dikatakan bahwa daya intelektualitasnya rendah. Pola asuh berkaita dg keluarga. Keluarga merupakan wahana sosialisasi primer yang diterima seseorang. Melalui keluarga, seseorang dapat mengerti bagian dirinya dan seperti apa di masyarakat. Jika pola asuh salah, maka sosialisasi tdk akan optimal. Menurut saya seperti itu hehe

Ya saya tahu jawaban-jawaban di atas belum cukup kuat untuk kita bisa sepakat bahwa pertanyaan diatas telah terjawab. Hal inilah mungkin yang membuat tim redaksi Media Indonesia tertarik mengajukan pertanyaan "Guru tewas dianiaya murid, mengapa bisa terjadi?" Kepada para pembaca. Pertanyaan tersebut sangat menarik mengingat jika ditanya "mengapa?" Maka pastilah jawabannya karena" dan itu bisa jadi berbeda-beda tergantung pada orang yang ditanya dan sudut pandang dalam penyampainnya. Bisa jadi, ada yang menjawab dengan membela guru karena itu berawal dari hukuman saat proses "mendidik" ada juga yang membela murid karena menganggap guru tersebut melakukan tindakan menghukum dengan cara yang salah dan tidak tepat dengan perubahan zaman now yang membuat murid tersebut menjadi sakit hati, kesal,  dendam dan ingin membalaskan dendam itu kepada sang guru. Yang jelas dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa ada yang salah dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Banyaknya kasus Guru yang tersangkut masalah hukum akibat menghukum muridnya membuat murid Zaman Now cenderung lebih berani melawan guru-guru mereka. Seharusnya kita lebih jeli dan bisa membedakan antara hukuman dalam proses mengajar dan penganiayaan. Disini orang tua berperan memberikan pendidikan bahwa hukuman dari guru itu adalah hal yang biasa dalam proses belajar-mengajar. Jangan sampai Guru menjadi korban karena tidak lagi bisa menghukum murid yang artinya mungkin juga berujung pada guru kehilangan rasa hormat dari murid-muridnya.
Masalah negara yang semakin kompleks turut serta berperan menjadi penyebab yang berujung seorang murid menjadi berani melawan dan menganiaya guru. Bahkan berujung pada kematian sang Guru. Harus diakui permasalahan ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang dilanda banyak masalah. Indonesia sedang agak kacau. Beberapa (kalau tidak mau disebut banyak) Orang tua tidak lagi bisa memberikan perhatian maksimal kepada anak-anaknya, apalagi jika orang tua itu memiliki anak banyak, maka akan ada peluang perhatian menjadi berkurang.

2. Kurangnya perhatian orang tua
Perhatian ini bukan hanya soal uang. Anak lebih butuh kasih sayang orang tua daripada uang. Orang tua Zaman Now lebih banyak disibukkan dengan masalah perut. Mencari penghidupan, mencari uang. Terlebih jika punya anak banyak maka akan lebih banyak uang yang dibutuhkan. Sibuk mencari uang, orang tua menjadi hanya punya sedikit waktu untuk membimbing dan mendidik anak di rumah. Orang tua yang terbilang mampu akan cenderung mencari sekolah yang bagus sebagai tempat sekolah untuk anak-anaknya. Orang tua berharap sekolah mampu menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya, sementara orang tua hanya perlu fokus mencari uang. Apa daya, sistem pendidikan di Indonesia menuntut orang tua turut berperan aktif dalam mendidik anak. Saling lempar, orang tua menyerahkan anaknya kepada sekolah sementara sekolah menyerahkan murid kepada wali murid itu sendiri.

3. Masalah Ekonomi
Fokus mencari uang rupanya pun tidak terlepas dari masalah. Kondisi ekonomi yang sulit cukup membebani orang tua. Kerja keras rasanya akan sia-sia jika uang yang dihasilkan masih belum mencukupi kebutuhan. Pada keluarga yang berkecukupan pun belum tentu terbebas dari masalah anak yang berani melawan guru. Jika perhatian yang ditunjukkan orang tua hanya sebatas uang akan menyebabkan anak merasa superior atas guru akibat merasa anak “orang kaya” anak tersebut kemungkinan bisa menjadi arogan terlebih jika orang tua sering memanjakannya.

4. Keluarga Broken Home
Ada kemungkinan kedua orang tua akan sering cekcok (broken home) akibat permasalahan ekonomi maupun masalah lain. Rumah tangga yang tidak harmonis (broken home) turut membuat kondisi perkembangan anak yang menjadi korbannya. Anak menjadi bandel akibat kurangnya perhatian karena bandel ini tujuannya untuk cari perhatian. Jika tidak tersalurkan maka akan memicu penyimpangan ke arah yang tidak baik.

5. Sistem pendidikan indonesia yang menuntut orang tua turut berperan aktif dalam mendidik murid
Orang tua berharap sekolah mampu menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya, sementara orang tua hanya perlu fokus mencari uang. Keluarga kaya akan rela membayar berapapun asalkan bisa mendapatkan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Apa daya, sistem pendidikan di Indonesia menuntut orang tua turut berperan aktif dalam mendidik anak. Saling lempar, orang tua menyerahkan anaknya kepada sekolah sementara sekolah menyerahkan murid kepada wali murid itu sendiri.

Tontonan yang kurang baik, kurangnya perhatian kedua orang tua, masalah ekonomi, rumah tangga yang kurang harmonis, dan sistem pendidikan Indonesia yang menuntut orang tua turut berperan menjadi pendidik (guru) lah menurut saya yang kemudian menyebabkan adanya kemungkinan muncul permasalahan-permasalahan seperti  penganiayaan dalam proses pendidikan.

Selain itu juga ada permasalahan lain yang turut menjadi pengaruh yakni haji guru yang terbilang kecil. Gaji guru yang kecil kemungkinan bisa jadi alasan mengapa sistem pendidikan di Indonesia. Guru tidak dibayar untuk mengasuh anak kita, guru hanya dibayar untuk mengajar. Negara dianggap tidak memberikan gaji yang cukup untuk guru menggantikan peran orang tua. Guru juga punya keluarga yang harus dihidupi yang artinya juga punya anak-anak yang harus diberi perhatian dan guru juga bisa memiliki permasalahan ekonomi, permasalahan keluarga(bisa juga broken home) karena itu guru berharap orang tua memang perlu turut berperan aktif dalam mendidik anak.

Begitulah, pada intinya tulisan ini berbicara bahwa bahwa banyak hal yang menjadi penyebab pada akhirnya Guru bisa menjadi korban tewas di tangan murid dan tambahan murid juga bisa jadi korban penganiayaan oleh guru. Satu hal yang membedakannya mungkin sang guru yang tewas tersebut kemungkinan menahan diri untuk tidak melawan atau membela diri atas penganiayaan yang dilakukan sang murid. Sungguh malang nasibmu guru pahlawan tanpa tanda jasa, pembangun insan cendekia dan pada akhirnya berujung tewas di tangan salah seorang muridnya.
.
.
.
Update Sabtu, 10 Maret 2018 pukul 5:21, Tulisan ini terbit Juga di Koran Harian Banyuasin.
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Orang Tua Harus Beri Perhatian Maksimal | Tulisan Deka Firhansyah yang terbit di Media Indonesia Sabtu, 10 Februari 2018"

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ