Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Road Trip ke Bengkulu

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Perjalanan ini hampir saja tidak jadi terlaksana. Pada awalnya liburan Kali ini kami memang berencana untuk melakukan Road Trip, libur panjang Minggu 26 januari - Rabu, 29 Januari 2025 memang menggoda diri untuk gas liburan. Sayang rasanya jika hanya dihabiskan dirumah saja. Kami ingin melihat dunia luar. Dunia dimana kami belum pernah ke sana. Tapi begitulah rencana bertualang semakin direncanakan semakin ada rasa takut dan kekhawatiran. Rencananya mau ke Jambi, tepatnya ke gunung kerinci, danau kerinci. Adapula opsi lainnya ke Bengkulu ke Fort Marlborough, Rumah Pengasingan Bung Karno, dan Pantai Panjang 

Idealnya perjalanan Road Trip kali ini sudah bisa dimulai dari hari Sabtu siang sekitar pukul 14.00. Tapi rasa lelah seusai bekerja membuat diri merasa ingin membatalkan rencana Road Trip. Adapun saudara saya liburnya mulai Sabtu, nah berhubung saya masih kerja, jadinya tidak bisa berangkat pagi. Lagipula adik kami yang bungsu masih ada jadwal sekolah di hari sabtu.

Pilihan batal adalah sesuatu yang paling logis, demi keselamatan mengingat badan masih terasa capek, dan tentunya karena saya yang harus nyetir. Maklumlah saya gak punya banyak uang jadi kalau jalan-jalan keluarga saya harus sambil kerja jadi supir, hehehe. Tidak terbayangkan sebelumya betapa capeknya nanti.

Sampai hari Minggu, Road Trip masih belum bisa kami mulai. Selain karena saya tidak pede dengan kondisi badan yang masih capek. Kondisi cuaca juga beberapa hari belakangan kurang bersahabat, hujan terus, matahari seolah enggan memperlihatkan cahanyanya. Namun akhirnya malam itu kami paking, sambil berharap besok perjalanan bisa dimulai.

Hari Pertama Senin, 27 Januari 2025, setelah banyak perdebatan dalam diri akhirnya perjalanan kami mulai pukul 6.48. Banyak drama pagi ini mulai dari malas bangun pagi. Seharusnya kalau mau jalan jauh kami berangkat sebelum subuh. Kira2 baiknya perjalanan di mulai pukul 03.00. Belum lagi kami ragu membangunkan adek-adek kami, takutnya setelah mereka "terpaksa bangun pagi" ehh malah tidak jadi. Bahkan setelah adek-adek kami sudah mandi masih saja ada keragu-raguan dalam diri kami. Kami mengulur waktu untuk mandi.

Sangat mungkin saja jika mereka menganggap diri mereka telah kena prank. Ya kami lebih khususnya lagi saya memang agak plin plan untuk memulai perjalanan ini. Deki sepertinya tidak sanggup nyetir jauh. Bahkan dia tidak pernah nyetir dalam beberapa bulan terakhir. Saya sendiri sejatinya tidak jago-jago amat dalam urusan mengemudikan mobil. Apalagi badan ini rasanya masih capek. Ada juga sedikit ada kekhawatir mengingat cuaca sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana kondisi jalannya?jelekkah? Licin kah? Bisa gak ya Mobil kami lewat? Mobil kami kuat gak yah? Kalau tiba2 mati mesin aman gak ya? Demikianlah yg membuat saya khawatir. Kekhawatiran umum para driver pemula seperti saya. Alhasil pagi itu sempat muncul drama.

Gas to Bengkulu 

Alhamdulillah pada akhirnya kami, lebih khususnya saya berhasil menguatkan tekat untuk memulai perjalanan ini. Adek-adek kami tidak jadi kena prank. Niatnya simple, kami tidak ingin liburan panjang ini berakhir sia-sia. Anggota keluarga yang ikut saya sendiri, saudara lembar saya Deki, adek kami kk Dzaki Dan si bungsu dedek Dil. Gas to Bengkulu itulah yang menjadi tujuan kami. Fort Marlborough, Rumah Pengasingan Bung dan Pantai Panjang di Bengkulu menjadi destinasi wisata yang akan menjadi tujuan pemberhentian dalam perjalanan kami.

Saya menjalankan Mobil dengan pelan-pelan dan penuh kesabaran. 30,40,50,60,80 km/jam adalah kecepatan yang terbaca di spidometer. Tidak pernah konstan mengingat banyak Hal yang terjadi dijalanan. Banyak momen dimana harusnya bisa nyalip tapi tidak saya lakulan, mengingat jalan tidak rata, agak jelek dan bergelombang, terlebih lagi banyak tikungan dan tanjakan. Saya putuskan untuk sabar dan benar-benar perhitungan sebelum menyalip.

Tidak menyalip bukan berarti takut. Bukan pula berarti tidak berani ngebut. Tapi dijalan yang paling penting itu selamat sampai tujuan bukan untuk adu cepat, kalau mau adu kecepatan ya ikutlah balapan di sirkuit sana 😁.

Nikmati saja segala hambatan yang ada di jalan. Tanjakan tinggi, tikungan tajam, Jalan jelek, kendaraan truck besar yg jalannya cuman 20-30km/jam, warlok yg bawa motor suka2, emak2 bawa motor sein kanan belok kiri, anak kecil bawa sepeda listrik. Semua itu adalah bagian dari kearifan lokal di setiap perjalanan. Nah kalau saya ketemu jalan bagus, tidak terlalu bergelombang, agak sepi kosong bebas hambatan ya oke gas diatas 100km/jam. Nah orang ni kadang aneh juga jalan rame maunya ngebut, eh giliran ketemu jalan yang menurutku kosong maunya pelan-pelan (biasanya Mobil tankki). Itu biasa di sekitar simpang Kedondong sampai sekitar pasar Pangkalan Balai.

Oke kita lanjut jalan dari Pangkalan Balai ke Lubuk Linggau kemudian ke curup bisa dikatakan kondisinya sama saja tidak bisa dikatakan mulus, sempat Mobil kami secara beruntun mati mesin karena kurang tenaga. Intinya ada jalan yang membuat kami terpaksa berhenti di tanjakan. Ketika tiba saatnya jalan lagi, eh mesin Mobil calya kami tiba-tiba mati. Menurutku penyebabnya karena kurang tenaga dan efeknya berkali-kali mati. Untuk lebih jelasnya tonton video saya di YouTube judulnya Road Trip Pangkalan Balai ke Curup.

Hari Pertama cuman bisa sampai Kota Curup 

Pukul 17.00 kami baru tiba di sekitar kota curup, belum sampai ke pusat kotanya dan saya sudah menyerah dan segera meminta Deki untuk segera cari hotel terdekat. Kebesaran sudah ada beberapa hotel yang kami lewati. Kami baru sampai di sekitar objek wisata bukit kaba dan tebing suban pemandian air panas suban. Pilihan kami jatuh pada Hotel Pinang, karena hotel ini ada di traveloka. Alhamdulillah kami bisa mendapatkan kamar kosong kempat beristirahat malam ini.

Semalaman saya tidak bisa tidur, mungkin Salah satu faktornya karena kamar yang kami sewa ini rupanya terbilang kurang nyaman. Tidak ada handuk dan bahkan sabun mandi. Ya kami sendiri yang memutuskan sewa kamar seharga Rp.150 ribu ini. Kalau saja kamar yang kami sewa adalah kamar yang Rp.350 ribu mungkin kasurnya lebih empuk dan nyaman. Tadinya saya pikir yang penting bisa tidur.

Tapi bukan itu yang jadi faktor utama saya susah tidur. faktor utama saya susah tidur adalah karena memikirkan besok lanjut ke Bengkulu atau lanjut eksplor sekitar curup saja. Di curup kami telah melewati beberapa tempat wisata ada bukit kaba ada pula pemandian air panas. Tapi saya pikir2 lagi tujuan utama kami adalah Fort Marlborough. Sebuat benteng buatan kongsi dagang Inggris. Mengingat besok saya harus nyetir, saya paksakan diri ini untuk tidur pada pukul 1 dini hari.

Hari kedua Selasa, 28 Januari 2025 pukul 7.22 kami melanjutkan perjalanan menuju Bengkulu. Meski agak kurang istirahat tapi pagi ini saya kembali menemukan semangat untuk gas to Bengkulu.

Perjalanan dari curup ke Bengkulu rupanya menurutku cukup ekstrem. Di peta ada objek yang dinamai liku 9, konon ini daerah rawan kecelakaan. Saat berangkat kami tidak lewat sini tapi pulangnya kami lewat sini.

Saat berangkat Dari curup ke Bengkulu kami tidak lewat liku 9 karena diarahkan oleh google ke jalan lain. Buat orang Bengkulu mungkin tahu jalan ke PLTA, nah kami diawahkan ke situ. Katanya lebih cepat 3 menit. Sebenarnya saya sempat ragu, mengingat rambu jalan menunjuk lurus menuju Bengkulu namun kami disuruh google belok kanan ke arah PLTA. Sempat saya dan Deki bersitegang dan berdebat.

Disatu sisi saya mengetahui kalau lurus artinya kami harus lewat liku 9 yang konon ekstrem. Disisi lain jalur yang kami pilih tidak jelas aman atau tidak, bisa atau tidak dilewati Mobil. Ada juga rasa penasaran untuk lanjut karena ini saran google. Kalau ujungnya tidak bisa lanjut semoga nanti bisa putar balik, pikirku. Yang penting disini tidak lewat liku 9. Maka saya tetap lanjut melewati jalur sesuai saran google.

Alhasil kami menyesal lantaran jalannya jelek aspal pecah, kecil sepertinya jarang dilewati Mobil pribadi, bahkan ada bagian jalan yang terputus. Lengkap sudah petualangan kami. Untung ada jalan alternatif sehingga kami masih biasa lanjut. Jalan ini lebih tepat disebut jalan dusun dan jalan ke kebun. Sepanjang jalan yang kami temui adalah kendaraan petani lagi panen duren. Alhamdulillahnya dengan keajaian Mobil kami bisa tembus kembali ke jalan utama tanpa ada insiden, banyangkan jika mesin sampai menghantam batu (ngeri) untung masih selamat. Selengkapnya tonton video kami berjudul Road Trip Curup ke Bengkulu.

Singkat cerita kami tiba di Fort Marlborough pukul 10.54. Dengan prinsip  pelan-pelan asal selamat sampe tujuan. Meski sempat "disesatkan" google akhirnya kami sampai. Bahagia sekali rasanya impian untuk ke sana dapat terwujud di tahun 2025. Tapi waktu kami tidak banyak, kami tidak bisa menginap di Bengkulu mengingat liburan telah usai bsonya Rabu, 29 Januari 2025 kami sudah harus kembali ke Pangkalan Balai.

Jadi kami tidak punya waktu lama untuk eksplor lebih jauh, kami tidak jadi ke Pantai Panjang mengingat arahnya yg berlawanan dengan jalan pulang. Dari benteng kami lanjut ke kanan menjumpai Pantai di sekitar benteng. Cukuplah yang penting Pantai juga. Sama indahnya dan ini parkirnya gratis. Hanya saja kami pesan minuman di caffe sekitar. Mantap.

Pukul 13.02 walaupun rasanya belum puas menikmati udara Pantai tapi kami harus putuskan lanjut ke Rumah Pengasingan Bung Karno. Rasanya tidak lengkap ke Bengkulu kalau tidak singgah ke Rumah Pengasingan Bung Karno. Pukul 13.42 kami masuk Rumah Pengasingan Bung Karno dan pukul 14.05 kami lanjutkan perjalanan pulang. Tujuan kami tidak langsung ke Pangkalan Balai tapi menginap di Kota Lubuk Linggau.

Kami pulangnya lewat jalan utama Kepahyang-Lubuk Linggau. Tidak lagi ikut saran google yakni lewat jalan PLTA. Kami bahkan memilih jalur dimana tidak lagi lewat kota Curup dimana tempat kami menginap (Hotel Pinang). Kami lewat jalur ke dengan nama jalan Dua arah, tapi kami tetap lewat liku 9. Bismillah saja semoga selamat sampai tujuan. Namanya memang liku 9 tapi menurutku tikungannya malah 99. Banyak banget dan tinggi-tinggi. Kami sempat berhenti di simpang jalan PT (entah pt apa). Istirahat minum, mendinginkan mesin dan juga rem. Butuh konsentrasi ekstra untuk lewat sini. Saya melajukan Mobil secara perlahan cukup 20,30 sampai 40 km/jam, biarlah orang kalau mau lebih cepat silakan menyalip nika bisa. Saya dengan senang hari kasih jalan.

Benar saja, kami tiba di Lubuk Linggau pukul 19.02 mampir ke masjid Agung As Salam Dan kemudian cari Hotel. Kami menginap di Hotel Smart Lubuk Linggau. Ya tidak pilih-pilih sih, ini adalah hotel Pertama yag terlihat dimata kami dan lokasinya di sebelah kiri. Tidak jauh dari masjid Agung As Salam. Hotelnya nyaman khas hotel berbintang. Harganya juga cukup terjangkau kamar twunbe kami dapat di harga Rp. 275 ribu untuk 2 orang. oh ya, saya juga ada videonya cek saja di Instagram dan mungkin juga akan saya upload ke YouTube.

Sayang sekali cuaca malam itu hujan, oleh Karena itu saya malas untuk berwisata malam dan memutuskan untuk pesan makan malam di hotel saja. Lumayanlah nasi goreng ayam harganya Rp.33 ribu. Kami benar-benar menikmati istirahat malam di hotel. Paginya jadi mager alias malas gerak. Paginya Kami menikmati sarapan gratis yang sudah disediakan manajemen hotel. Rasanya enak khas hotel berbintang. Rasanya menyesal hanya ambil porsi sedikit.

Kami berangkat Lubuk Linggau pukul 09.19 Dan tiba di Pangkalan Balai 18.00 total waktu yang kami tempuh sekitar 9 Jam. Terbilang sangat pelan karena travel biasanya hanya 6 jam.

Berikut ini adalah Timeline perjalanan kami

*Hari Pertama:

Rumah di Pangkalan Balai pukul 6.48 - Hotel Pinang, Curup pukul 17.30 = hampir 11 jam

*Hari Kedua

Hotel pinang, curup 7.22 - Fort Marlborough pukul 10.54 = 3 jam 32 menit

Pantai dekat Fort Marlborough 13.02 - Rumah Pengasingan Bung Karno 13.42.

Rumah Pengasingan Bung Karno pukul 14.05 - Lubuk Linggau pukul 19.02 = 5 Jam

*Hari Ketiga

Lubuk Linggau pukul 09.19 - Pangkalan Balai 18.00 total sekitar 9 Jam


Adapun untuk bahan bakar kami habisnya sekitar 600 ribuan pertalite

Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Road Trip ke Bengkulu "