Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Hilang harapan atas hal itu

Aku ingat tahun lalu, aku begitu bersemangat efek fresh graduate.

Walau ijazah belum ditangan tapi lamaran kerja sudah kemana-mana, termasuk ke kepadamu.

Namun aku harus menelan kekecewaan karena diabaikan oleh mu. Parahnya aku malah terlanjur melepaskan pekerjaan pertamaku waktu itu.

Egoku memang tinggi. Jauh lebih tinggi ketimbang prestasiku yang tergolong seadanya. Aku merasa pantas mendapatkan lebih.

Termasuk aku patah hati karena diabaikan oleh mu.

Seketika aku telah kehilangan kepercayaan padamu.

Tahun berganti dan kini aku telah nyaman dengan pekerjaan baruku.

Tepatnya berusaha untuk tetap nyaman meski nyatanya pekerjaan ini menuntut lebih ketimbang apa yang bisa kudapatkan.

Tapi aku tetap merasa nyaman. Pujian dan harapan untuk memegang peranan penting telah membuatku tenggelam dalam kenyamanan.

Satu, dua dan tiga panggilan kerja tempat lain kuabaikan karena disini aku masih perlu belajar. Diantaranya adalah langsung wawancara. Tapi aku tetap abai.

Aku berniat tetap pada pekerjaan recehku ini sampai bisa jadi CPNS. Tapi nasib berkata lain saat aku gagal pada seleksi berkas CPNS 2019.

Kau kembali datang dengan angin segar. Menggodaku untuk keluar dari zona nyaman.

Aku sempat tertarik. Tapi kau bilang masih harus ini dan itu. Aku mulai ragu, terlebih kau minta untuk jangan buru-buru keluar.

Kekecewaan tahun lalu padamu masih membekas jelas dalam hati dan ingatan.

Tapi tawaran gaji setinggi itu tentu sulit untuk kutolak mentah-mentah. Apalagi di saat tawaran mu datang, disaat itu pula nasibku sedang menggantung disini.

Namun kemudian gajiku disini naik lumayan signifikan. Godaanmu pun mulai luntur.

Terbesit pikiran untuk balas dendam. Tapi disisi lain aku juga kepengen gaji besar. Seperti teman-teman yang tampak begitu beruntung.

Tahun berganti, jadi wajarlah kalu aku sudah tidak lagi berharap. Alias ngubah rasan.

Kenapa juga tawaran itu datang disaat aku telah nyaman dengan pekerjaan yang sekarang.

Tahun berganti dan kini aku tidak berharap lagi. Tapi aku tetap ikuti alurnya. Bisa dibilang malang mujur atau bisa juga karena adanya dendam yang terpendam.

Aku selalu punya pilihan. Ketika jenjang SMA aku harus milih samansa atau smandupa.

Ketika jenjang S1 aku juga bisa pilih antara UNSRI dan IAIN Raden Fatah.

Dan tawaranmu itu kini jelas bukan prioritasku lagi sekarang ini. Terlebih saat mendengar kata jangan polos igo. Berusaha dulu.

Jadi beginilah caraku. Seorang Deka Firhansyah, Sarjana Ilmu Politik (S.I.P.) aku tidak sepolos keliatannya. wajarlah jika menentukan pilihan hingga detik terakhir 😁
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Hilang harapan atas hal itu"

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ