Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Gagal Jadi Wartawan

Hai gaes selamat datang di blog saya. Tulisan ini seharusnya sudah saya tuliskan Jum'at 15 Maret 2019. Namun apa daya, hari ini saya baru bisa cukup tenang untuk bisa menulis lagi.

Hari itu saya terpaksa mengakhiri secara dini karier saya sebagai seorang wartawan. Ups salah, saya bahkan belum sah jadi seorang wartawan. Saya mundur saat masih dalam tahap pelatihan wartawan.
Liputan kebakaran di Kenten Laut, Banyuasin
Tidak ada alasan bagi saya untuk menahan diri lebih lama lagi. Saya bahkan sudah pernah mengatakan "Jika dengan menjadi wartawan berarti saya tidak bisa menulis, berarti lebih baik saya tidak menjadi wartawan".

Itu saya katakan kepada salah seorang pelatih saat sinopsis atau yang kemudian diminta liputan ekpsresi penonton film Dilan 1991 yang saya buat dikoreksi.

Saya merasa tidak nyaman untuk menulis. Saya sudah siap jika langsung dipecat hari itu juga. Namun saya masih diberikan kesempatan.

Kemudian Senin,(11/3), waktunya saya diminta liputan tandem dengan wartawan senior. Ya saya ikuti.

Saat tandem inilah saya belajar tentang caranya konfirmasi dengan narasumber yang Seorang pejabat. Dalam hal ini baru sebatas konfirmasi ke Polisi.

Mulai ada rasa nyaman. Saya mulai membayangkan nantinya di area tugas yakni, Banyuasin saya akan lebih leluasa mengorek informasi dan bisa menulis dengan lebih bermanfaat dan berani.

Tapi ternyata tahap tandem liputan ini tidak seperti yang saya bayangkan. 2 hari di Polresta Palembang cukup bagi saya untuk tahu bagaimana jalan saya selanjutnya. Semua terserah saya. Saya bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Jadi, ngapain pelatihan. Saya belum juga bisa belajar tentang teknik wawancara dengan benar. Yang penting saya dapat berita, walaupun itu hanya berupa editan dari data-data yang sudah terkumpul.

Keesokan harinya Rabu, (13/3), saya diminta mengikuti tandem liputan yang lainnya. Masih sama, disini saya lebih banyak belajar tentang konfirmasi dengan orang penting.

Saya mengaku gagal mendapatkan berita lantaran tidak liputan kemana-mana dan cuman duduk saja. Sebenarnya dapat sih, tapi itu dari informasi yang saya peroleh dari pihak ketiga yang berhasil saya rangkai. Gagal wawancara.

Ya berita tentang kecelakaan beruntun Granmax pengangkut ayam vs taxy Pangkalan Balai+bus AKDP. Karena saya tahu tandem saya buat buat tulisan itu. Saya juga tulis tentang itu.

Keesokan harinya lagi Kamis, (14/3), pagi-pagi sekali saya sudah di kejaksaan negeri Kota Palembang. Agendanya tentang sidang kasus Korupsi. Selain itu saya juga dapat tugas meliput Monpera.

Lagi-lagi semua berjalan tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Terpisah dengan tandem, saya milih langsung ke Monpera. Tapi sebelum itu saya solat Dzuhur dulu di Masjid Agung. Sekalian ngecas karena baterai sekarat.

Singkatnya, Selesai ngecas Monpera sudah mau tutup. Sekitar pukul 15.15. saya dikasih waktu 15 menit, ya saya milih pulang saja. Terserahlah. Saya makin tidak nyaman.

Berita yang saya buat hari itu ditolak. Pertama, lantaran saya jujur dan mengakui kalau saya tidak ada di lokasi saat wawancara. Padahal saya tidak mencontek, saya dikirimkan data dalam bentuk pernyataan.

Kemudian, kedua saya ternyata tidak disarankan untuk meliput dan menulis tentang pengadilan. Mana tahu saya, kan saya cuma ngikutin orang. Saya diminta ke Monpera, untuk melanjutkan liputan.

Esoknya Jum'at, (15/3) pagi-pagi saya sudah ke Monpera. Rasanya saya tidak menemukan hal menarik atau sisi lainnya yang bisa dijadikan anggelina berita. Ya semua terlihat biasa saja. Monpera kini sepi. Saya tidak yakin yang saya tulis bisa sesuai permintaan.
Mumpung lagi di Monpera, waktunya selfie dengan latar Monpera
Kemudian saya dapat kabar bahwa, diminta meliput korban kebakaran. Kali ini saya sendirian. Tantangan yang sulit.

Saya sempat nyasar sampai ke perbatasan menuju Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Namun saya tetap sampai ke lokasi.

Saya sudah dapat fakta-fakta yang dibutuhkan. Kronologis dan penyebab kejadian itu sudah saya dapatkan. Pihak-pihak yang bergerak cepat memberi bantuan pun sudah saya dapatkan.

Namun saya diminta menggali cerita dari korban. Entah apa yang bisa saya tulis. Saya merasa berat untuk melakukan itu. Terlebih saya datang dengan tangan hampa.

Saya diminta untuk mundur. Ya sudah, oke. Saya merasa gagal total..

Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Gagal Jadi Wartawan"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ