Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bibit Perpecahan jangan dipupuk terus

Alangkah baiknya jika ingin memberikan dukungan kepada salah satu calon pakailah nama pribadi atau sebutkan nama-nama orang-orang yang satu suara. Jangan sebut nama organisasinya. Karena anggota yang lain blm tentu satu suara๐Ÿ˜… #bibitperpecahan dipupuk terus
Ya sudahlah, siapa peduli apa yang kutulis๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘

Begitulah status Facebook yang saya posting pagi ini. Minggu, 27 Januari 2019 Status itu saya posting lantaran tidak tahan, geram, geli, dan sekaligus kesal melihat makin banyak berseliweran info-info yang dibagikan orang-orang di Facebook dari berbagai media online yang entah benar-benar media online ataukah hanya berupa blog biasa seperti punya saya ini. Info-info yang saya sorot disini tidak lain tentang dukungan kepada salah satu calon oleh beberapa organisasi. Entah apakah seluruh anggota organisasi itu benar-benar sudah musyawarah dan sepakat. Atau hanya suara-suara sebagian anggota terutama karena sepaham dengan ketua dan jajaran  eksekutif dari organisasi-organisasi itu. Entahlah.

Entahlah saya sendiri juga heran, mengapa orang-orang rela untuk membagikan tulisan-tulisan, postingan-postingan yang berbau perpecahan. Tanpa disuruh apalagi dibayar. Ironisnya malah dilabeli sebagai suara kebenaran. Lalu bagaimana dengan mereka yang berbeda pendapat. Musuh, kalau bisa harus disadarkan?. Apa mereka memang sudah benar? Apa calon yang mereka bela sudah benar? Apa mereka mau ikut bertanggungjawab jika calon yang mereka dukung tidak sesuai seperti yang mereka sebutkan dan bagikan demi mendapatkan dukungan yang lain? Belum tentu juga kan, yang pasti ada, jika pemimpin yang ia bela mati-matian itu gagal mereka akan pindah ke pilihan lainnya. Mencak-mencak dan berkata mereka salah dalam memberikan dukungan. Lantas mengapa menyebarkan bibit perpecahan dengan menyatakan calon mereka yang paling layak untuk didukung, bahkan membagikan bahwa buktinya organisasi-organisasi ini itu ikut mendukung. Orang yang berpengaruh atas pernyataan dukungan itu harus ikut menjadi tersangka juga.

Bahkan organisasi-organisasi non parpol turut serta memberikan pendapat untuk mendukung salah satu calon. Apa susahnya menggunakan nama pribadi tanpa embel-embel menyatakan atas nama organisasi. Padahal jelas organisasi itu milik bersama. Bukan hanya milik anggota aktif tapi juga punya anggota pasif.

Menurut saya, tidak pantas jika sebuah organisasi membuat pernyataan besar jika mendukung salah satu calon. Kecuali jika organisasi tersebut memang sebuah partai politik. Karena memang untuk menjadi calon legislatif dan eksekutif harus mendapatkan dukungan dari partai politik. Dukung-mendukung calon pejabat politik memang menjadi ranahnya partai politik.

Selain parpol, pernyataan dukungan seperti itu menurut saya tidak lebih dari upaya (mintak alam) atau cari muka oleh jajaran eksekutif di organisasi tersebut dan sebagian faksi di organisasi tersebut. Tindakan seperti itu menurut saya mencederai demokrasi. Karena anggota organisasi tersebut secara keseluruhan mungkin bisa mencapai ribuan, ratusan ribu atau bahkan mungkin mencapai jutaan yang mungkin juga tersebar hingga ke seluruh penjuru Indonesia.

Bagaimana mungkin sebuah organisasi yang sangat besar mencakup seluruh Indonesia bisa otomatis satu suara? Menurut saya itu terlalu memaksakan kehendak golongan. Jika memang ya tentu tidak menjadi masalah. Lalu bagaimana dengan suara-suara orang-orang kecil tidak berpengaruh dalam organisasi yang mungkin belum tentu satu suara ๐Ÿ˜…. Apa artinya mereka terpaksa sepakat satu suara. Bukankah itu berarti kemerdekaan mereka telah terenggut?. Kecuali untuk membela agama, rasanya tidak wajib untuk satu suara. Mengapa tidak membiarkan para anggotanya untuk bebas memilih dan bersuara menurut keyakinannya masing-masing. Demikianlah demokrasi. Meski satu organisasi tetap bebas memiliki pendapat dan hak suaranya masing-masing. Organisasi boleh sama tetapi suara pemilu sah-sah saja jika berbeda.

Jangan hanya karena pemilu, persaudaraan antar anggota yang telah lama terbentuk menjadi rusak. Bibitperpecahan tentu akan ada. Hanya karena pendapat pribadi dan golongan yang ingin memberikan pernyataan dukungan kepada salah satu calon. Lantas mengapa #bibitperpecahan  khususnya dalam organisasi dipupuk terus.

Negara juga merupakan sebuah organisasi. Organisasi yang sangat besar dan lambang persatuan antar suku bangsa. Di dalamnya pun terdiri atas banyak orang dengan keinginan dan keyakinan masing-masing. Jika memang sepakat dengan sistem demokrasi maka suara-suara individu yang berbeda pendapat harus juga dihargai.

Jika ingin memberikan dukungan kepada salah satu calon maka lakukanlah secara pribadi dan golongan-golongan yang satu suara saja. Tidak usah bawa-bawa nama organisasi besar yang belum tentu juga seluruh anggotanya satu suara. Bibit Perpecahan jangan dipupuk terus atau organisasi besar bahkan negara bisa saja runtuh.

Jangan biarkan bibit perpecahan di dalam NKRI terus menerus dan berkembang. Jangan pupuk bibit perpecahan itu demi memenangkan calon yang dibela. Lihat saja para calon saling berpelukan, saling bercengkrama saat debat berlangsung. Lantas kenapa antar pendukung masih saja ngotot bahwa calon pilihan nya adalah yang paling benar. Cukup.

Cukup ikuti prosedur-prosedur yang diatur dalam pemilu. Demokratis. Wujudkan dukungan itu hanya dengan datang ke TPS dan mencoblos salah satu calon. Tidak perlu sampai memaksakan kehendak membuat pernyataan atas nama organisasi dan diliput media massa dan menyatakan bahwa organisasi itu mendukung salah satu  calon. Jangan memicu tumbuhnya bibit perpecahan, karena tanpa dipicu pun bibit perpecahan itu sudah pasti ada.

Ya sudahlah, siapa juga yang peduli dengan apa yang kutulis. Yang penting saya sudah berupaya mencoba untuk menyampaikan pendapat saya ๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘. Bagaimana menurut mendapat Anda? Tulis di komentar ya ๐Ÿ˜.

Salah hangat dari saya,


Deka Firhansyah, S.IP
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

1 komentar untuk "Bibit Perpecahan jangan dipupuk terus"

  1. Postingan ini sepertinya lagi rame, untuk itu saya mohon untuk berkomentar jika dirasa ada kalimat yang kurang berkenan

    BalasHapus
ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ