Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Beban dalam pikiran

Hai gaes selamat datang di blog CeritaK. Blognya saya Deka Firhansyah. Dalam postingan kali ini saya posting sedikit tentang hal yang menjadi beban dalam pikiran saya. Saya adalah seorang anak yang menjadi kebanggaan keluarga. Beda dengan anak-anak lainnya. Pintar, selalu dapat sekolah negeri, dapat SMA plus dan lulus dua PTN di Sumsel dari 2 kali tes. Tanpa gagal dan selesai sarjana. Begitulah anggapan keluarga. Sebuah beban dalam pikiran.

Mungkin label kebanggaan keluarga telah menjadi beban yang sangat berat bagi saya.  Itu beban dalam pikiran saya. Sudah waktunya bagi saya untuk sedikit bersantai. Pada akhirnya saya hanyalah anak manusia biasa. Nothing special. Biasa saja. Bahkan nilai-nilai yang tadinya bagi saya cukup bisa disebut membanggakan  (nilai akhir ijazah SMA saya 8,9) kini nilai saya ikut menjadi biasa saja. Saya tidak bisa lagi berbangga karena punya nilai tinggi menurut saya, seperti dulu. IPK saya hanya 3,20. Rata-rata orang juga dapat segitu, dan bahkan sangat banyak yang bisa mendapatkan angka lebih tinggi. Dan sekali lagi label kebanggaan keluarga telah menjadi beban dalam pikiran saya.

Jadi PNS? Omong kosong, dengan kapasitas dan kualitas saya yang sekarang itu mustahil. Ayah tidak tahu sejauh mana penurunan yang terjadi. Saya bukan lagi anakmu yang dulu sering kau anggap sedikit luar biasa. Kenyataannya saya hanya punya sedikit prestasi dan itu artinya biasa saja. Bahkan butuh waktu yang lama bagi saya baru bisa menjadi Sarjana. Memalukan.

Seringkali para orang tua berekspektasi terlalu besar untuk anak-anaknya. Dari SD saya dan Deki sudah didoktrin untuk kuliah di UNSRI. Kami sudah mewujudkan cita-cita orang tua kami yang itu. Tanpa beban dalam pikiran, karena ya kan hanya UNSRI. Tentu saja kami sanggup. Kalau UGM mungkin beda ceritanya. Walau pinginnya sih UGM, UI, IPB, cos ITB tidak mungkin karena kami IPS, Hehehe,

Kami paham pasti akan tiba saatnya bagi kami untuk berkata tidak. Walau bagaimanapun kami juga punya batasan. Ada banyak hal yang bisa kami capai. Namun tentu ada jauh lebih banyak hal yang tidak bisa kami lakukan. Yang kami lakukan hanyalah berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik yang bisa kami lakukan dengan target yang paling mungkin untuk kami capai. Kasarnya meski situasi tidak sesuai perkiraan, kami harus tetap berhasil.

Untuk itu penting bagi saya untuk sedikit mengendurkan ekspektasi. Semakin rendah target maka itu adalah pilihan terbaik. Dengan demikian meskipun situasi tidak sesuai perkiraan maka hasil akhirnya akan tetap sesuai dengan perkiraan.

Ya kami bisa kuliah dan lulus dari UNSRI karena kami yakin UNSRI bukanlah batas akhir dari kemampuan kami. Lalu bagaimana dengan CPNS? Jangan terlalu berharap banyak karena dengan kemampuan yang sekarang mungkin itu masih ada kemungkinan besar kami akan gagal. Itulah yang menjadi beban dalam pikiran.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali keluarga kami lulus menjadi PNS. Serahu saya begitu dan kini beban itu menjadi milik kami. Orangtua kami punya harapan besar pada kami. Kamilah kebanggaan keluarga yang sangat diharapkan. dan akan komplit kebanggaan itu jika Lulus PNS. Disisi lain kenyataannya kami kini telah merasakan bahwa menjadi orang biasa-biasa saja. Nothing special, dan merasa untuk lulus CPNS itu pasti sulit.

Tapi bagaimana? Yang jelas satu yang bisa kami lakukan. Terus menaikkan kualitas. Belajar dan belajar. Terus berupaya menaikkan kualitas sehingga dengan naiknya kualitas maka beban dalam pikiran ini akan terasa lebih ringan. Sangat butuh bagi kami untuk memperhitungkan bahwa kami pasti lulus, tanpa takut gagal. Karena kami adalah kebanggaan keluarga.

Salam hangat,


Deka Firhansyah, S.IP
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Beban dalam pikiran"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ