Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Refleksi Hari Ibu Emak Kami "Super Emak"

Hai gaes selamat datang di blog CeritaK. Blognya saya Deka Firhansyah. Dalam momentum hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember seperti pada hari ini saya ingin sedikit cerita tentang motivasi diri saya yang mungkin juga bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi pembaca semuanya 😊🙏. Sebuah cerita tentang emak kami yang luar biasa Emak Kami "Super Emak".

Emak kami tidak punya ijazah SMA tapi bisa membimbing dua anak tertuanya hingga menjadi Sarjana dari Universitas Sriwijaya (UNSRI). Deki Firmansyah, S.E dan baru-baru ini akhirnya saya berganti nama menjadi Deka Firhansyah, S.IP. Gelar sarjana yang kami raih adalah bukti kesuksesan Emak dan Ayah kami. Baca juga: 887 hari ke depan baru jadi S.IP.
Sebuah Prestasi yang menurut saya masih terbilang cukup luar biasa. Prestasi terbesar mereka juga Investasi paling beresiko yang mereka lakukan. Menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.

Kami bisa karena suport dari orang tua. Bukan hanya soal dana, tapi lebih kepada motivasi yang sudah dimulai sejak TK. Kami ditempa, diajarkan untuk menjadi pribadi yang baik dan diberi motivasi untuk bisa kuliah sampai di UNSRI.

Meski yakin bahwa mereka tetap menyekolahkan kami walaupun di universitas swasta, tapi rasanya kami tidak pantas kuliah jika tidak dapat kursi di UNSRI. Itu adalah salah satu cara kami untuk sedikit meringankan beban mereka.

Tekat yang sudah bulat sejak sekolah dasar. Tidak ada paksaan. Hanya keinginan yang pasti akan kami wujudkan. Jika tidak dapat kursi di UNSRI maka kami tidak mau kuliah.

Emak Kami "Super Emak"

Emaklah yang berperan sebagai pengatur keuangan keluarga. Mengatur dan mendistribusikan kemana saja uang yang mereka hasilkan akan dialokasikan. Ibarat sebuah Negara, emak memegang peranan penting sebagai menteri keuangan.

Menyekolahkan kami hingga jenjang pendidikan Sarjana adalah cita-cita Ayah. Berlatar belakang pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri di Palembang, ayah sangat berhasrat untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya. Sejak Sekolah Dasar (SD) kami sudah terbiasa mendengar kalimat motivasi 'Pintar-pintar kak biar masuk UNSRI' atau 'Kalu dak pintar dak pacak kak masuk UNSRI'. Ambisi itu mungkin juga dilatar belakangi gagalnya ayah menjadi guru terlebih PNS.

Entah ada  ataukah tidak sumber dananya.  Ayah kadang terlalu berlebihan dalam berambisi. Biaya-biaya untuk kuliah masih menjadi barang mewah bagi keluarga kami yang terbilang sederhana. Dengan begitu Emak lah yang harus pintar-pintar dalam mengatur keuangan keluarga. Entah bagaimana caranya. Selanjutnya tugas kami untuk mewujudkannya.

Setiap uang yang mereka hasilkan harus disisihkan untuk membiayai sekolah kami. Sebuah investasi jangka panjang. Begitulah menurut pendapat kami. Investasi paling beresiko yang pernah mereka lakukan karena mereka percaya bahwa kami punya kemampuan untuk itu (bisa sukses).

Di tengah banyaknya sarjana-sarjana pengangguran. Emak dan ayah tetap optimis dan memutuskan menyekolahkan kami hingga sarjana. Kami bahkan tidak tahu apakah investasi tersebut akan berhasil ataukah gagal. Kami hanya bisa berusaha. Baca juga: Ada untuk Ibunda.

Jangan pernah meremehkan Emak-emak

Emak-emaklah yang melahirkan kita. Emak-emaklah guru yang pertama kali bagi kita. Emak-emaklah yang berperan sebagai pengatur keuangan keluarga. Emak-emaklah yang berperan mencukupkan kebutuhan keluarga disaat tingginya harga-harga. Jasa seorang emak tidak akan bisa kita balas lunas walaupun hingga ajal menjemput kita.

Sabda Rasulullah Muhammad ShallAllahu 'alaihi Wassallam

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata;
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?"
Beliau menjawab: "Ibumu."
Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?"
Beliau menjawab: "Ibumu."
Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?"
Beliau menjawab: "Ibumu."
Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?"
Dia menjawab: "Kemudian ayahmu."
Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas." (Hadits Riwayat Bukhari)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa betapa tingginya derajat seorang Ibu dihadapan Allah. Tidak akan bisa kita mencium surga jika tidak berbakti kepada kedua orang tua khususnya Ibu kita karena surga ada dibawah telapak kaki Ibu.

Do'a untuk Emak dan Ayah

Mari senantiasa do’akan kedua orang tua kita. Hanya dengan do’a. Tidak akan mungkin kita bisa membalas jasa kedua orang tua kita. Untuk itu hanya bisa mendoakan mereka. Robbifirli waliwalidaya warhamhuma kamarobbayana shohiroh.

Semoga emak dan ayah sehat selalu dan semoga kami bisa menjadi bisa menjadi pembuka jalan bagi adik-adik... Aamiin 🙏

#Lebay #blogger #bloggerindonesia #CeritaK 

Posting Komentar untuk "Refleksi Hari Ibu Emak Kami "Super Emak""

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ