Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Harus ada yang melarat Demi Kemajuan

Hai gaes selamat datang di blog CeritaK. Blognya saya Deka Firhansyah. Dalam tulisan kali ini saya ingin sedikit menawarkan pemikiran atas rendahnya harga sawit yang konon katanya dikarenakan harga minyak dunia yang sedang anjlok.

Sawit murah, minyak mahal. Meski konon katanya minyak dunia lagi anjlok tapi konon katanya juga Pertamina masih rugi meski BBM sudah naik. Utamanya Pertamina masih rugi karena Premium batal naik.
Dak ngerti lagi mana yang benar nih.
Menurut salah seorang teman saya, Kesuma "Kita selalu bangga berhasil Ekspor sawit, karet dan hasil perkebunan lainnya, tapi yang kita ekspor itu adalah bahan mentah, ya jelas ada mafianya semua itu apalagi kelas internasional, trus bahan-bahan mentah itu diolah jadi beberapa produk yang di impor balik ke Indonesia dan harganya jauh lebih mahal. Makanya yang harus kita lakukan sekarang adalah ekspor bahan-bahan yang minimal setengah jadi atau bahkan yang sudah jadi produk, bukan bahan mentah, biar harganya bisa meningkat dan pendapatan negara juga meningkat. Sawit murah, ya wajar murah karena orang banyak menanam sawit, kalu perusahaan berani ekspor produk jadi dak bakal anjlok Harganya".

Saya tidak ingin berkomentar tentang "ada mafia". Itu adalah statement yang sangat sensitif dimana saya tidak punya kapasitas untuk bicara.


Dapat saya pahami bahwa masalah anjloknya harga sawit yang konon katanya disebabkan oleh harga minyak dunia yang juga sedang anjlok. Tidak sesederhana itu. Korelasi antara anjloknya harga sawit dengan disebabkan oleh anjloknya harga minyak dunia hanyalah salah satu faktor penentu harga sawit. Bisa jadi benar seperti yang tertulis dalam judul berita "minyak sawit melimpah". Artinya permintaan atau kebutuhan pasar atas minyak sawit memang menurun. Di sisi lainnya proses produksi sawit dan minyak sawit tidak terkontrol sehingga menjadi berlebihan.

Jika perusahaan di dalam negeri berani membuat produk jadi hasil olahan sawit seperti kata teman saya itu maka menurut saya belum bisa dipastikan harga sawit akan naik. Justru yang akan naik adalah jumlah pasokan produk jadi hasil olahan dari sawit. Ketika jumlah pasokan melebihi jumlah permintaan maka, yang akan terjadi harga produk jadi hasil olahan dari sawit akan turun. Turunnya harga produk jadi hasil olahan dari sawit justru memiliki kemungkinan akan menjadi penyebab turunnya harga bahan baku. Harga sawit bisa jadi akan kembali anjlok. Kemudian tentu, investasi yang dibutuhkan untuk membuat produk jadi hasil olahan dari sawit tidak sedikit.

Di kutip dari www.smart-tbk.com diketahui setidaknya ada 10 produk barang jadi hasil olahan dari sawit.  Produk tersebut adalah cokelat dan selai cokelat, Lipstik, margarin & selai mentega, Sabun, Kue Kering, Mi Instan, sampo, biodiesel, detergen laundry, roti dan kue.


Sebuah kebijakan memang harus diambil. Demi menunjang kemandirian ekonomi bahan baku hasil produksi dalam negeri memang harus terus diupayakan untuk ditingkatkan menjadi produk hasil olahan yang sudah jadi. Minimal cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Disisi lainnya impor produk jadi hasil olahan bahan mentah yang berasal dari luar negeri harus dihentikan.

Sudah saatnya Indonesia berhenti mengekspor produk-produk olahan dalam yang masih berupa bahan mentah. Apalagi jika ujung-ujungnya Indonesia masih harus impor hasil olahan dari bahan mentah yang di hasilkan di dalam negeri tersebut.

Untuk itu harus ada yang melarat Demi Kemajuan, Mengapa demikian? 
Karena seperti yang telah disampaikan sebelumnya, butuh investasi yang tidak sedikit untuk melakukan pengolahan penuh atas hasil produksi sawit dalam negeri. Kemudian hasilnya belum tentu membuat harga sawit menjadi terkerek naik. Bisa jadi harga justru akan semakin turun jika permintaan pasar akan kebutuhan produk hasil olahan sawit ikut turun disebabkan oleh bertambahnya stok produk hasil olahan sawit.

Kemajuan ilmu pengetahuan mungkin juga turut berpengaruh. Ketersediaan produk hasil produksi yang sudah mampu menggantikan produk hasil olahan dari sawit bisa jadi faktor lain yang menyebabkan harga sawit anjlok.

Tidak ada yang aneh jika perubahan terjadi. Tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri. Bertahun-tahun Karet dan sawit menjadi salah dua komiditas utama yang menjadi tumpuan harapan mata pencaharian masyarakat. Dan anjloknya harga sawit dan karet mungkin adalah awal dari kemajuan Indonesia. Saatnya mulai mengembangkan inovasi yang baru.

*tulisan ini belum selesai
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Harus ada yang melarat Demi Kemajuan"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ