Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bahaya tapi tetap dilakukan, bonceng tiga atau Angkut barang pakai motor

Hai gaes selamat datang di blog ceritaK. blognya saya Deka Firhansyah. Inilah kisahku hari Selasa, 27 November 2018 yang mungkin juga dialami oleh sebagian dari kalian.

Terkadang kendaraan roda dua alias motor tidak hanya digunakan untuk berboncengan dengan orang atau penumpang. Ada kalanya motor juga digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut barang. Perkembangan zaman menuntut terjadinya pergeseran fungsi yang demikian.

Sejatinya motor-motor modern memang tidak lagi mendukung untuk digunakan sebagai alat trasnportasi pengangkut barang. perkembangan teknologi dan desain kendaraan roda dua masa kini hanya diprioritaskan untuk mengangkut satu orang pengemudi dan satu orang pembonceng.

Desain

Kita lihat saja desain motor-motor kekinian setang motor dibuat dekat dengan dada pengemudi agar sulit untuk mempatkan barang bawaan. kemudian rongga atau sela-sela antara kaki pengendara yang dulunya cukup lebar pada motor-motor jenis bebek dan skutik kini kian dipersempit dan dibuat sedemikian rupa agar hanya cocok untuk menunjang posisi kaki pengendara.

Pada awal 2000an motor-motor bebek memiliki jok-jok yang panjang sehingga masih agak nyaman untuk bertiga. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman tidak lupa ukuran jok yang cenderung kecil dan hanya pas untuk 2 orang.

Pada dasarnya semua orang sudah tahu bahwa kendaraan roda dua hanya cocok untuk berdua. Pada masa kini hal ini semakin dipertegas dengan perkembangan desain sepeda motor yang memang didesain untuk dua orang. berboncengan bertiga adalah sebuah keadaan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. begitupun dengan membawa barang juga tidak boleh.

Namun inilah hidup, terkadang kebutuhan menuntut manusia menyesuaikan diri dengan apa yang telah diciptakan, dan memaksaimalkannya. Meski diciptakan hanya untuk membawa 2 orang dan tidak untuk mengangkut barang, namun sudah menjadi hal yang lumrah melihat satu keluarga berbocengan berempat satu motor. Sering juga dijumpai orang dewasa yang berboncengan 3 orang atau lebih. Belum lagi motor-motor yang digunakan untuk membawa barang-barang ekstra banyak. Suatu pemandangan yang lumrah terjadi.

Terpaksa begitulah katanya. ahh cuman jalan dalam jarak dekat, gpplah boti ( bonceng tiga) atau bopat (bonceng empat) asal masih muat isi terus. Tanpa menghiraukan bahaya yang mungkin terjadi. Terlebih bahaya lagi, karena tentu tidak pakai helm. Hal inilah yang kemudian menurut saya menjadi memicu perubahan desain jok motor yang pada masa kini semakin tegas dengan posisi untuk pembonceng ditempatkan sedikit menanjak agar tidak nyaman dipakai bertiga atau lebih.

Jika dibandingkan dengan pada masa-masa awal dimana motor konvensional atau yang umum dipasaran menggunakan jok model lurus alisa rata dari depan hingga belakang. dengan kontur rata dari depan hingga belakang maka tentu masih pas buat bertida satu motor. apalagi kemudian sempat ngetren motor-motor dengan jok lebih besar dan panjang.

Tidak lama makin kesini rasanya jok motor kebanyakan sempit-sempit. Jok model lurus tetap ada namun ternya ukurannya dibuat pas untuk 2 orang. begitulang desain dan aturan nyata diatas kertas. satu motor hanya untuk mengangkut dua orang. lebih dari dua orang maka pasti tidak nyaman.

Jok mengecil, masalah keselamatan beres?

Tidak. justru menjadi bertambah parah daripada sebelumnya. Manusia dibekali kemampuan beradaptasi  yang sangat baik. Jok yang kecil dan berundak atau menanjak dibagian buntut tetap tidak mengurungkan niat untuk naik motor boncengan bertiga. Disini jelas beban mengemudi menjadi lebih berat. sebab secara desain tidak mendukung untuk itu. jelas pememudi menjadi subjek yang paling tidak nyaman. dikarenakan harus mengendalikan motor dalam posisi yang tidak nyaman.

Meski dibuat tidak nyaman toh tetap saja orang tidak urung berbocengan lebih dari dua orang dalam satu orang. Produsen kendaraaan roda dualah yang kemudian disalahkan. siapa suruh mendesain motor joknya kecil, jadi susah kan.

Selain bonceng tiga atau lebih, seringkali motor juga digunakan untuk mengangkut barang. Mengangkut barang pakai motor juga jelas saja tentu tidak nyaman, karena secara desain tidak didesain untuk itu. Bahkan untuk rongga atau jarak antara setir dan jok pengemudi pada motor bebek dan skutik gerenasi baru semakin dipersempit.

Ruang didepan itu fungsinya untuk ruang kaki. Bukan untuk membawa barang. Hal itu  d makin dipertegas dengan bentuk yang tidak lagi rata melainkan sedikit membentuk huruf M. Hanya pas untuk kaki. Tidak ada tempat untuk kaki jika digunakan untuk bawa banyak barang di depan. Koper susah pasti tidak muat.  D membawa ransel ukuran besar pun rasanya sudah sulit. Jika dipaksakan maka kedua kaki harus mengalah ke footstep pembonceng. Jika lagi boncengan maka pasti kaki tidak nyaman.

Posisi stang juga kini juga menjadi lebih dekat ke badan. tentu didak nyamn untuk membawa barang didepan. Memeluk barang berukuran tinggi menjadi menghalangi atau mengganggu kenyamanan dalam menggerakkan stang. Kira-kira dari pijakan kaki ke atas membentuk huruf S dan semakin S.

Tapi tentu lagi-lagi pengendara motor tidak peduli. Tetap saja motor seringkali terlihat dipakai untuk membawa barang. Meski terbilang tidak aman, Berbahaya, namun bagi pengemudi motor ya mau gimana lagi adanya hanya motor. Kalau pakai mobil boros. Mobil boros ongkos atau boros bensin begitulah yang penting usahakan Jangan sampai musibah itu terjadi. Harus ekstra hati-hati.

Saya sendiri juga sering kali boti atau bawa barang pakai motor. Kemana-mana pakai motor. Lebih praktis dan hemat ongkos. Untuk urusan boti tentu hanya saya lakukan di jalanan dekat rumah saja. Yang agak bahaya tentu soal bawa barang. Sering kali saya menempuh perjalanan Palembang-Pangkalan Balai. Kira-kira sekitar 45 Km.

Contohnya seperti yang terjadi hari ini. Cukup banyak barang belanjaan yang saya bawa dari Palembang ke Pangkalan Balai. Tetap pakai motor.

Terlihat pada gambar ada tumpukan ember yang saya bawa dengan posisi hanya diikat menggantung di handgrip belakang. Bahaya. Tentu itu bahaya. Saya sadar sesadarnya itu  adegan berbahaya. Jika talinya putus maka bukan hanya ember-ember itu jatuh dan pecah-belah, tapi juga sangat berbahaya bagi pengendara yang ada dibelakang saya.

Sadar saya menjadi pelaku adegan berbahaya, saya melakukan motor dengan sangat hati-hati. Terutama saat melewati jalanan berlubang atau bergelombang. Terlalu banyak gesekan dan guncangan bisa membuat tali tersebut putus. Dengan seksama saya memeriksa keadaan ember tersebut lewat spion. Sesekali saya menjulurkan tangan ke belakang cuman untuk memastikan bahwa ikatan ember tersebut tidak Kendor.

Mau bagaimana lagi. Di depan sudah tidak ada tempat untuk menaruh ember-ember tersebut. Saya juga tidak menyangka kalau ember tersebut tidak dimasukkan ke dalam karung. Sungguh pengalaman saya hari itu cukup berharga bagi saya. Mampu tiba dirumah dengan selamat tanpa terjadi apapun merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi saya. Kemampuan saya dalam mengendalikan motor rasanya sudah kembali naik satu level lebih tinggi.

Jika jalanan kita mulus sejatinya momen yang saya alami ini biasa-biasa saja. Tapi jalan kita hampir tidak pernah mulus. Guncangan demi guncangan sangat berbahaya. Dengan beban lebih berat tentu membuat keseimbangan motor menjadi turun. Belum lagi posisi duduk yang tidak nyaman akibat terhimpit dengan tangan menekuk kedepannya akibat posisi duduk yang agak maju.

Tersisa pertanyaan, apa untungnya produsen mendesain motor-motor zaman sekarang seperti demikian. Masalah keselamatan? Justru dengan begitu faktor keselamatan menjadi lebih riskan. Jika saja space antara stang dan badan tidak terlalu dekat tentu lebih nyaman. Tidak perlu untuk agak mundur duduk kebelakang demi sedikit lebih nyaman. Apalagi jika pijakan kaki bisa dibuat lebih melebar. 

Ya sudahlah intinya meski bonceng tiga dan membawa barang pakai motor itu berbahaya namun tetap saja sering dilakukan. Pertanyaannya, kenapa tidak kembali saja kesesakan awal 2000an ada jarang cukup luas disela-sela stang ke bagian jok, dan kemudian ukuran jok juga lebih besar.









Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Bahaya tapi tetap dilakukan, bonceng tiga atau Angkut barang pakai motor"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ