Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Etika Media Massa?

Kadang ada kebimbangan untuk mengirimkan sebuah tulisan kepada banyak media atau menunggu tanpa kepastian setelah mengirimkan sebuah tulisan kepada salah satu media.

Dua tulisan terakhir, hanya saya kirimkan kepada satu media massa. Media massa yang sudah jelas memberikan honor kepada saya atas setiap tulisan saya yang mereka terbitkan. Bahkan tulisan saya yang terbaru belum saya posting di blog pribadi saya.

Lalu apa yang akan terjadi jika tidak terbit juga dengan segera. Tentu saja saya juga bisa kecewa. Meski tulisan saya ini masih jelek namun tetap saja ada rasa kecewanya. Sebab ada kemungkinan tulisan itu bisa terbit jika saya kirimkan kepada media massa lainnya.

Terutama jika tulisan itu dibuat dengan mengejar momentum. Tentu saja saya kecewa jika tidak diterbitkan.

Media massa menuntut kita (penulis) untuk punya etika. Untuk tidak mengirimkan tulisan (terutama yang sudah terbit) kepada media lainnya. Namun beberapa dari mereka justru  sebaliknya yang kurang beretika. Tidak memberikan keterangan bahwa tulisan kita diterima. Tidak juga diminta menunggu selama beberapa waktu tertentu. Kemudian juga tidak juga diberitakan bahwa tulisan kita akan diterbitkan ataukah  ditolak dan dikembalikan  kepada kita (penulis).

Jika ditolak dan dikembalikan maka jelas kita bisa mengirimkan tulisan kita kepada media massa lainnya. Tapi tidak, justru kebanyakan media massa tidak punya etika. Penulis hanya bisa menunggu dengan pasrah. Sabar dan penuh harapan agar karyanya bisa diterima dan diterbitkan. Jarang ada media yang memberikan email balasan terkait tulisan yang kita kirim.

Perlakuan berbeda justru mungkin bisa datang saat yang mengirimkan tulisan adalah seorang tokoh ternama. Biasa 2 hari sekali baru ada kolom OPINI berubah menjadi ada lagi dihari berikutnya. Pilih kasih, mungkin bisa dibilang demikian. Mereka boleh menolak namun itu kenyataan yang pernah terjadi dan tentu seorang pembaca langganan bisa melihat pola yang demikian.

Semua orang bebas mengirimkan tulisan, tapi merekalah yang akan menentukan tulisan mana yang akan terbit. Jika Anda seorang tokoh jelas Anda punya peluang lebih besar. Karena media massa tahu, itu adalah kesempatan emas. Bukannya membayar tapi justru malah bisa saja mendapatkan bayaran atas tulisan yang mereka terbitkan. Lagipula tulisan seorang tokoh memiliki kemungkinan untuk tidak perlu lagi diragukan.

Demikianlah, tulisan ini tidak lebih sebuah asumsi pribadi dari saya. Selain penulis harus punya etika, media massa pun seharusnya juga harus punya etika yang baik. Dengan begitu barulah seimbang.



Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Etika Media Massa?"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ