Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sensasi lebih berharga ketimbang ILMU?

Deka Firhansyah

"Beginilah, kita hidup di negara dimana sensasi lebih berharga ketimbang ILMU. Yang Tolol bisa jadi icon yang cerdas bisa jadi dikurung".

Saat menulis status Facebook tersebut saya berpikir "Mungkinkah ini akan menjadi topik bahasan baru untuk tulisan saya yang akan terbit selanjutnya?" Entahlah, satu paragraf ini tidak cukup menjelaskannya. Sebuah ide yang terpikirkan begitu saja saat akan membuat status Facebook 8 Juni 2018. Sekitar pukul 10:53 di hari yang sama saya menandai kalimat tersebut ke dalam daftar catatan saya.

Setelah Nuraini yang viral dengan video Instagram dimana dia mengaku sebagai istri sahnya Iqbaal Ramadhan. Giliran Bowo Alpenlibe yang viral. Mereka berhasil menjadi pusat perhatian. Berulang-kali direpost hingga diundang ke TV Nasional.

Zaman sekarang terlebih dahulu yang penting uang. Tanpa uang tidak bisa makan. Semua orang boleh mengeksplorasi potensi dirinya masing-masing. Tujuan akhirnya bisa dapat uang.

Mereka alay, yang lain juga alay, banyak yang alay tapi tidak semua jadi terkenal. Kalau kita ikut-ikutan mungkin tidak terkenal dan malah hanya mendapat malunya saja. Sudah menjadi nasib mereka untuk terkenal dan menghasilkan uang dari cara seperti itu. Sebuah garis takdir atas kuasa Sang Pencipta.

Mereka berhasil keluar dari cemoohan. Dari orang-orang yang menganggap dirinya lurus, sempurna. Tindak tanduk mereka baru bernilai setelah terkenal dan mulai dapat banyak uang.

Faktanya mereka punya banyak followers dan terus bertambah. Artinya meski banyak yang tidak suka, ada  banyak juga yang suka. Semangat mereka untuk terus "berkarya" justru semakin meninggi disebabkan mendapatkan sponsor dan liputan media massa.

Saya kembali berpikir mungkin ini Lanjutan yang pas untuk beropini soal "Sensasi lebih berharga ketimbang prestasi" tapi saya justru bingung, jika arti sebuah prestasi itu dikaitkan dengan uang maka jelas mereka telah berprestasi luar biasa. Terlepas dari banyak Haters mereka juga mendapat banyak uang. Bukankah itu juga sebuah prestasi? Tidak lagi meminta kepada orang tua dan justru malah memberi orangtua. Nah haters prestasinya apa? Bagaimana menurut Anda?

Benarkah Sensasi Lebih Berharga Ketimbang ILMU?
Kembali ke topik bahasan yang utama benarkah Sensasi lebih berharga ketimbang ILMU. Apakah artinya mereka hanya menjual sensasi? atau Apakah artinya mereka tidak punya Ilmu? Sepertinya tidak.

Semua orang bebas untuk membuat dan melakukan sebuah sensasi tapi tidak semua disukai dan bisa terkenal. Jika saya misalnya melakukan sebuah sensasi yang saya dapatkan mungkin hanya cemoohan. Hanya dapat malunya saja. Begitulah yang ada dalam benak saya.

Mereka berhasil mengalahkan resiko tersebut (hanya dapat malu). Terkenal dan viral. Kebanyakan dari mereka mungkin tidak sadar dan hanya melakukan yang ingin dilakukan. Mencoba meluapkan ekspresi diri sesuai dengan yang diinginkan.

Saya mengambil contoh para YouTuber yang sudah mulai di saat YouTube tidak seheboh sekarang. Sudah banyak diantara mereka menceritakan pengalaman-pengalamannya selama mendalami ilmu YouTube. Ada yang tidak tahu apa-apa sampai tiba-tiba menjadi terkenal dan berlanjut hingga sekarang. Ada juga yang secara sengaja mencoba dan terus tidak berhenti mencoba melakukan sesuatu. Kemudian melakukan sesuatu yang lain lagi hingga berhasil menemukan sesuatu yang disukai orang dan kemudian bisa terkenal.

Artinya selain sensasi tetap butuh Ilmu. Sebab jika sensasi yang dibuat sama dengan yang lain maka besar kemungkinannya untuk hanya mendapat malunya saja.

Jadi tidak benar jika sensasi lebih berharga ketimbang ILMU. Setidaknya, tidak sepenuhnya benar. Sensasi memang berharga. Namun, sensasi berharga hanya di awalnya saja. Selanjutnya tetap dibutuhkan ilmu untuk bertahan lama. Butuh ilmunua untu mencari sesuatu yang baru, yang juga disukai dan berbeda dengan yang ditampilkan orang lain.
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Sensasi lebih berharga ketimbang ILMU?"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ