Si Mata Minus dan Gelapnya Malam
Si Mata Minus dan Gelapnya Malam
Kamis 24 Mei 2018 sekitar Pukul 5.00 pagi. Matahari belum menampakkan wajahnya. Namun saya sudah memutuskan memulai perjalanan. Sebuah perjalanan panjang dari Pangkalan Balai-Palembang-Indralaya. Jalan masih gelap gulita hanya diterangi lampu-lampu kendaraan yang hilir mudik melewatinya.
Sebuah perjuangan.
Yang miris saya masih menerima tuduhan tidak setia kawan. Justru anda yang tidak setia kawan. Meninggalkan seorang kawan mengurus segalanya sendirian. Apa itu yang dinamakan "Setia kawan". Anda bahkan tidak mengerti apa saja prosedur-prosedur yang harus dilakukan. Anda tidak tahu sebab anda tidak mau tahu. Anda tidak bisa hanya menunggu nyaman dan seenaknya mengandalkan kawan. Tidakkah Anda berpikir bahwa teman anda ini juga menyisihkan waktunya. Bahkan mungkin lebih banyak dari yang Anda sisihkan. Hanya saja waktunya tidak bernilai uang. Sebuah perjuangan. Penuh rintangan bertaruh nyawa. Anda bukannya ikut mendampingi dan malah ikut menambah beban.
Gelap.
Rasanya menyesali keputusan untuk berangkat terlalu pagi. Bukanya lebih cepat sampai tapi justru malah berjalan lebih lambat. Gelap. Langit masih gelap. Jalanan juga ikut gelap. Musuh alami bagi mereka yang bermata minus. Jarak pandang yang sempit menjadi semakin sempit. Mengendarai motor sendirian membuat tidak bisa berjalan lebih cepat. Gelap. Harap-harap cepas pun timbul. Berharap tidak salah pilih jalan agar tidak terjebak lubang yang membahayakan. Gelap. Salah melaju bisa berarti mati.
Tiba di persimpangan jalan. Antara jalan tol dan jalan lintas Sumatera. Sampai sekarang saya masih keheranan. Kemana dan kemana tujuan adanya jalan tol tersebut. Rata-rata kendaraan yang lewat pagi itu berbelok dari jalan tol menuju ke arah Indralaya. Menambah macet parah yang ternyata berasal dari sebuah jembatan yang sedang diperbaiki. Nyaris tidak ada rute tanpa macet.
Sampai tujuan
Pukul 7:39 begitu lah waktu yang ditujukkan oleh jam pada Smartphone saya saat saya lihat. Para staf kampus belum ada yang datang. Wajarlah, tadi jalan macet cukup parah. Menunggu. Saya pikir 8ni akan jadi hari yang panjang. Terutama karena saya harus menunggu lama.
Hari berlalu terasa panjang. Urusan saya pagi itu tidak jua kelar. Namun saya senang sebab urusan teman-teman yang juga saya bantu hari itu dapat selesai.
Lanjut, saya tinggalkan sebentar urusan itu dan lanjut mengurusi urusan lainnya, dan selesai.
Siang, terik matahari menunjukkan waktu telah siang. Tidak ada tanda berkas yang saya buat sejak pagi akan selesai hari itu juga. Saya kemudian telah memutuskan pulang. Kembali menempuh perjalanan melelahkan.
Posting Komentar untuk "Si Mata Minus dan Gelapnya Malam"
Terima kasih sudah membaca tulisan saya, silakan berkomentar ya 😊