Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Yai kami telah tiada - Tribute Untuk Yai

Tulisan ini mulai saya tulis Selasa, 27 Maret 2018, mencicil sedikit demi sedikit sembari mengingat-ingat.

Hari masih pagi saat saya menerima kabar itu, sekitar pukul 09:14:53 pagi. Hari Senin, 26 Maret 2018 saya mendapat kabar via SMS dari Emak kami yang lagi disusun bersama Ayah kami bahwa seorang Yai atau Kakek yang menyayangi kami telah berpulang ke Rahmatullah. Ayah dan emak mudik hari minggu 25 Maret 2018.

Yai kami meninggal dunia setelah sekitar 2 tahun berjuang melawan sakit yang dideritanya. Penyakit stroke yang sebelumnya pernah sembuh kemudian kambuh lagi. Berawal dari jatuh saat ingin mengambil wudhu untuk sholat subuh. Sejak saat itu Yai menderita lumpuh di area bagian bawah tubuhnya (dari pinggang ke ujung kaki). Memang dulu Yai sempat menderita penyakit stroke meski sempat sembuh, sebelum kemudian terjatuh saat berwudhu.

Perlahan, kondisi Yai semakin parah hingga tidak lagi sanggup menelan makanan yang masuk dari mulutnya. Yai hanya sanggup makan roti Roma kelapa (bukan endors) yang di campurkann bersama dengan susu.

Hari terakhir saya bertemu dengan Yai adalah hari Minggu, 14 Januari 2018 kemarin. Cerita itu juga saya tuliskan dalam postingan nlog saya yang ini==>>http://www.dekafirhansyah94.blogspot.com/2018/01/mudik-14-januari-2018-nengok-yai.html?m=1

Pesan beliau sebelum kami pulang pada hari itu adalah "jangan lame ige ngulang". Namun apa daya, pada akhirnya kami telah kehabisan waktu untuk bertemu dengan beliau dalam keadaan masih hidup.

Hal yang paling menyedihkan bagi Yai mungkin adalah tidak bisa bertemu dengan cucu-cucunya di hari terakhirnya di dunia ini.

Saya sendiri hampir tidak merasakan sedih sama sekali. Yang saya rasakan adalah, mungkin pasti Yai sangat sedih saat kami tidak ada disisi-sisinya disana saat beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Momen-momen Bersama Yai

Tidak banyak momen yang saya ingat bersama dengan Yai. Kurang lebih yang saya ingat adalah sebagai berikut:

Yai dulu memanggil kami kakak dan dedek. Kakak panggilannya kepada saudara kembar saya, Deki. Sementara dedek panggilannya kepada saya.

Saya masih ingat dulu saat saya masih kecil. Dulu beliau berpesan "kagek kalu kamu nak kawen (akan menikah) tandang dulu kesini (merujuk kepada makam leluhur), ingatke yeh jangan idak, kagek kalu bae aku la laju (meninggal) duluan dak pacak ngantar". Seingat saya itu kali pertama dan terakhir beliau mengantar kami kepada makam leluhurnya. Sayangnya tidak ada salah satu pun dari kami yang ingat letak persisnya karena berada di hutan.

Meskipun tidak banyak momen yang bisa saya ingat, tapi tetap ingin berusaha saya ingat. Saya ingin mencatat semuanya meski rasanya saya tidak akan mampu.

Wajarlah memori otak ini rasanyanya hampir overload. Saya mengingat hal-hal yang menurut sebagian orang mungkin tidak penting. Pesanya saya ingat namun lokasinya tidak.

Kamis, 29 Maret 2018 kami berulang tahun yang ke 24. Meninggalnya Yai adalah salah satu kado terburuk yang pernah saya terima. Tapi tidak, rasanya tidak seburuk itu disini(nunjuk hati). Kado ulang tahun di tahun kemarin rasanya lebih menyakitkan daripada tahun ini. Entahlah mengapa?

Minggu, 1 April 2018 saya dan Tari ikut ayah mudik ke Kasay. Hari ke 6 pasca meninggalnya Yai. Tidak banyak jamaah yang datang malam Senin ini. Termasuk tidak ada satupun dari rombongan mahasiswa UIN Raden Fatah yang lagi melaksanakan KKN di desa Kasay. Katanya tetangga sih sebenarnya ada mahasiswa KKN yang datang, namun mereka terlambat, sholat Maghrib sudah dimulai jadi mereka malah memilih pulang. Seusai sholat Maghrib acara dilanjutkan dengan membacakan Al-fatihah dan yasin bersama-sama untuk Yai, selanjutnya sholat isya dan makan malam bersama.

Senin, 2 April 2018, malam selasa kami sekeluarga akan melaksanakan sedekah peringatan nujuh hari pasca meninggalnya Yai. Dari pagi kami para keluarga dengan dibantu tetangga sibuk menyiapkan makanan untuk acara nujuh hari pasca meninggalnya Yai kami.

Jalan-jalan ke Kalangan

Sebelum mulai masak-masak, hari masih pagi jadi saya, Tari dan sepupu kami Deli menyempatkan diri jalan-jalan ke pasar/ kalangan yang ada tidak jauh dari desa Kasay. Mumpung hari ini pasar/kalangan sedang buka tidak jauh dari desa Kasay, kami ingin melihat bagaimana suasana pasar disini. Kami perginya berjalan kaki dan ternyata memang tidak terlalu jauh. 

Cukup ramai, mungkin karena kalangan tidak buka setiap hari, beda dengan di pasar 0angkalan balai yang buka setiap hari. Di pasar/ kalangan adikku Tari membeli Sate Madura harganya Rp. 10 ribu/11 tusuk dan kami  juga memilih membeli es yang katanya es Oyen meski tanpa campuran buah nangka yang harganya Rp. 3 ribu dibandingkan dengan es alpukat yang disitu Rp. 5 ribu. Di Pangkalan Balai kata Tari es oyen harganya Rp. 7 ribu lebih mahal daripada jus alpukat yang harganya Rp. 5ribu. Secara umum harga-harga yang ditawarkan di kalangan ini tidak jauh berbeda dengan yang ditawarkan di pasar Pangkalan Balai.

Pulangnya dari kalangan kami naik angkutan desa yang berupa mobil pickup yang diberi atap pada bagian belakangnya. Ongkosnya Rp. 2 ribu. Sesampainya di rumah nenek saya diminta ayah untuk ikut mencabuti bulu-bulu ayam. Pekerjaan yang rumit, sangat jarang saya lakukan karena biasanya ayam yang kami beli di rumah sudah berupa ayam yang sudah dipotong dan sudah dicabut bulu-bulunya.

Oh ya, di jalan saat berangkat ke kalangan kami mengabadikan nya lewat rekaman video, di kalangan juga kami rekam, serta perjalanan pulangnya juga kami rekam. Yah itulah dokumen tasi kami satu-satunya karena acara acara utama peringatan nujuh hari pasca meninggalnya Yai kami tidak terdokumentasi.

Acara Nujuh hari (pasca) Meninggalnya Yai

Siangnya, sekitar pukul 1-2 saya dan Tari pergi ke Desa sebelah, Desa sungai rotan untuk menjenguk keluarga sebelah emak kami. Disana kami cuman ingat persis rumah nya nenek ujok adiknya nenek kami dari sebelah emak. Kami tidak lama di Desa sungai rotan dan segera pulang sebab langit mulai gelap.

Sore harinya langit tampak gelap tanda mau hujan. Ada ke khawatiran bagi kami sekeluarga terutama nenek semoga hari tidak hujan sehingga banyak orang yang datang. Sebagai antisipasi, keluarga sudah meminjam 2 buah mesin genset untuk menyediakan penerangan di masjid maupun dirumah nenek manakala tiba-tiba mati lampu datang saat hujan tiba. Untunglah kemudian langit tampak kembali menjadi cerah.

Seperti biasanya acara nujuh hari di Desa Kasay dimulai dengan sholat Maghrib berjamaah kemudian dilanjutkan dengan sedikit sambutan dari keluarga almarhum, membacaan yasin, ngaji, sholat isya berjamaah di masjid dan dilanjutkan jamuan makan bersama di rumah nenek.

Memberikan kata sambutan atau berpidato di muka umum bukanlah keahlian saya dan itu juga bukanlah hal yang saya sukai. Serta saya sebenarnya sama sekali tidak terbiasa dalam memberikan kata sambutan atau berpidato.

Tapi tetap saya lakukan.

Saya hanya ingin membuat ayah bangga sekaligus tidak ingin ayah malu sebagai anak tertua, jika menyerahkan hal tersebut kepada adik-adiknya atau bahkan orang lain.

Ayah saya lah yang seharusnya menyampaikan kata sambutan karena beliau anak tertua. Namun, saya paham ayah tidak akan sanggup.

Saya sadar hal-hal seperti kata sambutan dan pidato cepat atau lambat pasti harus saya lakukan. Hanya soal waktunya saja. Jika menunggu terbiasa maka jelas saya tidak akan pernah terbiasa jika tidak pernah dicobakan. Jadi saya bersedia maju memberikan kata sambutan untuk mewakili keluarga besar.

Menjadi bagian dari keluarga besar Universitas Sriwijaya membuat kami senantiasa dituntut untuk serba bisa. Namun bagaimana? Tidak semua hal bisa kami lakukan. Ada banyak hal yang tidak saya bisa. Termasuk saya tidaj pandai menulis dan berbicara muka umum. Namun tetap harus saya coba.

Sayangnya acara tersebut tidak terdokumentasi dengan baik lewat gambar hasil jepretan kamera sehingga hanya mampu saya gambar kan lewat tulisan ini. Alhamdulillah acaranya ramai, masjid penuh diramaikan jamaah yang ikut sholat Maghrib-Isya, membaca yasin serta mendo'akan Yai kami. Di rumah, menurut Tari juga ramai yang datang. Alhamdulillah, Nenek pasti senang sekali. Semoga Yai juga senang, dan diberi kelapangan oleh Allah di alam kuburnya. Aamiin :-).
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Yai kami telah tiada - Tribute Untuk Yai"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ