Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Setidaknya hari itu bisa membuat ayah sedikit bertambah bangga


Momen yang menginspirasi tulisan ini sama seperti tulis saya sebelumnya disini==>>http://www.dekafirhansyah94.blogspot.com/2018/04/yai-kami-telah-tiada.html?m=1

Hari itu saya baru saja selesai mandi di sore hari. Ketika baru selesai naik ke garang/beranda rumah nenek dan baru akan masuk ke rumah.

Saya mendengar perbincangan ayah dengan adik laki-laki serta adik iparnya terkait dengan kata sambutan dari tuan rumah dalam acara sedekah memperingati nujuh hari pasca meninggalnya Yai kami.

Disana ayah mengajukan agar saya yang menyampaikan kata sambutan mewakili keluarga besar dalam acara sedekah memperingati nujuh hari pasca meninggalnya Yai. Tentu saya tidak ingin menolak dan mempermalukan ayah. Lagipula hanya ada saya sendiri dan tidak ada Deki di dusun.

Saat akan menulis kalimat yang perlu disampaikan, ayah terus memuji-muji menyanjung pencapaian saya. "die ni ketua rombongan KKN", 'la biase pidato", "nulis di koran lagi bise", begitulah. Rasanya malu, sebab itu semua menurut saya terlalu berlebihan atau ayah sengaja melebih-lebihkan kemampuan saya. Namun, saya paham begitulah cara ayah mengangkat rasa percaya diri saya alias motivasi.

Saya pikir, saya tidaklah sehebat yang ayah katakan. Biasa saja, justru sanjungan dari ayah membuat saya jadi agak terbebani. Bagaimana jika kata sambutan dari saya berujung sesuatu yang memalukan? Tidak bisa saya bayangkan.

Untungla acaranya lancar dan tidak ada yang menertawakan saya (nenek berkata kalu diketaweke urang). Saat hampir selesai acara makan malam bersama nenek bahkan sampai bertanya
"jadi kau pidato tadi?"
"jadi nek" jawab saya.
"ujiku tadi kalu gek diketaweke urang"
seolah ingin memastikan kekhawatiranya bahwa saya diketawakan orang tidaklah terjadi.
"Idak nek"jawab saya lagi, 
kebetulan ada orang yang menghampiri kami sembari mohon pamit pulang dan nenek mengenalkan bahwa saya cucunya kepada beliau dan kemudian beliau berkata bahwa
 "ini yang pidato tadi. 
"untunglah kalu idak diketawei" seingat saya begitulah yang dikatakan nenek.

Bahagia itu sederhana...
Demikianlah, kebanggaan Ayah adalah kebahagiaan saya.

Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Setidaknya hari itu bisa membuat ayah sedikit bertambah bangga"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ