Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jika Kamu Orang Kaya, Jangan Mendaftar Beasiswa Bidikmisi. Kamu Merampas Hak Orang Lain!

Sebuah tulisan komplit, ada inspirasi, ada motivasi, ada unsur iri dengki, bahkan lebih banyak unsur "nyinyir" bagi mereka yang mungkin telinga (kalu dengar), mata (kalu baca) dan hati (jika peka) panas setelah mendengar, membaca, dan melihat tulisan saya yang satu itu.
.
Sebuah tulisan yang 7 Februari tahun 2017 lalu, terbit di media lokal. Sebuah tulisan yang tahun ini saya putuskan untuk ditulis ulang menjadi lebih panjang dan lebih pedas. Sebuah tulisan yang pada tahun 2018 ini pernah saya kirimkan lagi ke media massa lain meski tidak diketahui terbit ataukah tidak. Sebuah tulisan yang akhirnya saya lengkapi lagi, makin pedas dan membuat saya mungkin akan makin dibenci.
.
Saya tidak peduli bagaimana perasaan mereka jika mendengar, membaca atau melihat tulisan saya itu. Saya tidak peduli karena tentu mereka juga tidak peduli bagaimana perasaan saya, lebih-lebih mereka tidak peduli bagaimana perasaan mereka yang HAK nya terampas.
.
Orang seperti itu sama sekali tidak layak bicara atau menulis soal keadilan, soal anti korupsi bahkan tidak layak bicara, menulis atau melakukan sedekah. Mengambil hak mereka untuk kemudian diberikan kepada mereka juga sama artinya dengan pahlawan kesiangan.
.
Postingan Tulisan yang satu ini merupakan karya Agusjp.com yang menurut saya cocok untuk menjadi sambungan dari tulisan "Yang Mampu Jangan Ambil Jatah Yang Tidak Mampu ya!!!". Revisi ketiga begitulah tepatnya. Buat yang belum baca tulisan tersebut silakan dibaca juga ya. Cukup basa basinya  Mari disimak tulisan saya yang satu ini ya. Sedikit catatan tulisan berikut ini menurut saya akan terlihat sangat kejam dan menohok untuk dibaca oleh pelakunya. Namun beginilah kebenaran, harus diungkapkan meski akan ada kemungkinan orang lain akan sakit hati, setidaknya dengan telah membaca tulisan ini maka jejak salah tersebut tidak diikuti orang lainnya.
.
Jika Kamu Orang Kaya, Jangan Mendaftar Beasiswa Bidikmisi. Kamu Merampas Hak Orang Lain!

Beasiswa bidikmisi adalah beasiswa yang menjadi primadona banyak lulusan SMA. Beasiswa bidikmisi menjadi angin segar bagi para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. Hal itu dikarekanan beasiswa bidikmisi merupakan beasiswa yang membiayai biaya kuliah dengan sangat besarnya. Bahkan sang penerima mendapatkan jatah biaya hidup selama perbulannya. Hal itu supaya sang penerima tidak kesulitan dalam menunjang perkuliahannya. Sehingga tak khayal, banyak sekali lulusan SMA yang mendaftar beasiswa bidikmisi. Namun tidak dituntut kemungkinan adanya orang yang sebenarnya tidak pantas mendaftar bidikmisi namun tetap saja mendaftar. Mereka diantaranya adalah yang memiliki cukup kekayaan, yang sebenarnya mampu secara ekonomi. Namun tetap mendaftar karena merasa akan lolos jika diukur dari segi prestasi.

Orang kaya yang mendaftar bidikmisi tentu bisa dikatakan sebagai orang yang merebut jatah orang lain. Atau lebih parahnya adalah merampas hak-hak orang yang tidak mampu. Mereka dengan tega mendaftar sebuah beasiswa walau mereka berkecukupan. Tentu ada yang beralasan, bahwa tidak apa kan toh nanti akan diseleksi. Jika lolos berarti yang melakukan seleksi yang salah. Bisa jadi itu benar, namun tentu itu hal yang sangat kurang bijak. Seperti kita orang dewasa yang mengambil buah yang sejatinya ingin dibagikan untuk anak kecil, lalu bilang bahwa tidak apa jika tidak ketahuan. Tetap saja bahwa hal itu adalah mengambil jatah hak orang lain. Panitia bisa saja tidak cermat, bisa saja tertipu dengan berbagai manipulasi yang pendaftar lakukan.

Orang kaya yang mendaftar bidikmisi memang sepertinya tak tahu malu. Seolah berusaha menghalalkan semua cara yang dia inginkan agar bisa mencapai tujuannya. Harusnya ia malu melakukannya, itu seperti halnya korupsi yang sedang ia pupuk dalam dirinya sendiri. Kita pasti muak melihat orang seperti itu. Jika kita tahu ada seorang yang kaya namun mendaftar bidikmisi, kita pun kadang jadi berfikiran bahwa loh kok ada anak bidikmisi yang kaya raya seperti ini. Tidak jarang jadinya malah kita bisa menge-judge bahwa banyak anak bisa yang kaya. Padahal faktanya tidak demikian. Sehingga banyak anak bidikmisi yang asli, jadi merasa sakit hati.

"Kita kan hanya mencoba, kalau lolos ya tidak apa-apa?"

Jika ada orang kaya yang berkata seperti itu, rasanya betapa tidak tahu diri orang itu. Kenapa ia mencoba hal yang serendah itu. Kenapa dengan alasan coba-coba dia melakukannya. Padahal di seantero negeri ini ada banyak sekali anak yang sulit sekali ingin kuliah namun tidak bisa. Ia ikut mendaftar bidikmisi di balik kekuranngannya. Lalu ada orang yang kaya dan pintar ikut daftar bidikmisi, jadilah si anak tidak mampu itu kalah dalam seleksi. Berarti hal coba-coba itu telah merenggut keseriusan seorang anak yang sedang bercita-cita. hal itu sungguh memperihatinkan.
Kemudian ada yang berfikir lagi, seorang anak orang kaya yang beralasan bahwa ingin membantu orang tuanya dengan mendapat bidikmisi. Jika mendapat bidikmisi, ia tidak akan memebebani orang tuanya. Sekilas pernyataan itu amat mulia, ia ingin mandiri dengan caranya sendiri. Namun kita bisa menyadari bahwa caranya itu memang salah. Ibarat ada pembagian sepeda untuk anak-anak kecil yang kurang mampu, lalu ada anak kecil dari kelaurga kaya yang ikut antri. Lalu ketika ditanya kenapa kamu ikutan antri, lalu ia menjawab bahwa ia tak ingin membebani ayahnya membelikan sepeda. Apakah hal itu sesuatu yang benar dan bijak? sama sekali tidak. Karena jumlah beasiswa bidikmisi itu pun terbatas, tidak semua bisa mendapatkannya. Jumlah sepeda buat si kecil kurang mampu pun terbatas, mungkin ia akan menangis jika sepedanya justru diberikan kepada si kaya. Lalu bagaimana si kecil akan belajar melaju mengayuh roda untuk masa depannya?.
Kenapa kita tidak bersyukur dengan semua pemberian Allah ini. Mensyukurinya dengan memanfaatkannya sebaik dan semampu kita. Jika kita mampu ya bilang mampu. JIka kita tak berhak mendapat sesuatu, maka jangan mencoba merampasnya. Kita hargai hak orang lain, maka m niscaya hak kita pun akan dipenuhi Sang Maha Kuasa. Kita tak boleh merampas kesempatan orang lain untuk belajar. Mereka tak bisa mendapatkan kesempatan itu berulang-ulang. Hargailah orang lain, jangan rampas hak mereka dengan keegoisan kita.

Adakah Mahasiswa Bidikmisi Yang Kaya? Ya Mereka Hanya Segelintir Penipu Yang Lolos Seleksi

Sering kali ada pertanyaan tentang apakah ada mahasiswa bidikmisi yang sebenarnya kaya, atau bidikmisi yang ternyata adalah anak orang yang sebenarnya mampu. Ia memiliki banyak kekayaan atau harta. Orang tuanya cukup kaya, hingga sebenarnya mampu membiayai mahasiswa itu untuk kuliah. Adakah mahasiswa yang seperti itu? Adakah mahasiswa bidikmisi yang ternyata kaya? Tentu jika tanpa data yang jelas, kita tak bisa mengatakan bahwa ada atau tidak. Kita perlu butuh bukti dan fakta-fakta yang dapat dilihat oleh banyak orang. Namun jika kita melihat sendiri, lalu kita harus jawab apa?.
Sederhana saja, sebenarnya pertanyaan itu mudah kita jawab sendiri. Jika kita
melihat ada mahasiswa bidikmisi yang kenyataannya adalah orang kaya atau orang mampu. Ya jika memang kenyataannya begitu, kita tak perlu menutup-nutupinya. Sebuah hal tak ada yang sempurna, begitu pun juga seleksi yang dilakukan setiap kampus untuk menyaring penerima bidikmisi. Seleksi yang dilakukan tak bisa sepenuhnya bisa menghasilkan atau memutuskan bahwa sepenuhnya memang orang yang pantas mendapatkan bidikmisi. Karena pada dasarnya, setiap orang bisa melakukan pembohongan atau penipuan. Namun kita tak boleh mengatakan bahwa banyak sekali yang sebenarnya tidak pantas. Ibarat sekeranjang buah-buahan, buah yang busuk selalu ada, buah yang jelek selalu ada. Walaupun sudah dipilih sengan sangat teliti.
Jika ada mahasiswa bidikmisi yang ternyata adalah orang yang kaya. Bilang saja bahwa memang ada yang seperti itu, mereka adalah segelintir penipu yang lolos seleksi. Bisa melalui pemalsuan-pemalsuan data maupun tindakan yang lain. Ia adalah seorang perampas hak orang lain untuk mendapat bidikmisi. Ia telah merampas jatah orang lain yang harusnya masih membutuhkan. Ia adalah orang yang tak tahu malu, karena ia dengan percaya diri mendaftar bidikmisi dan berharap lolos dengan bidikmisi. Ia menjadi penipu ulung yang menghalalkan segala caranya untuk mendapatkan beasiswa.

Entah apa yang difikirkan oleh orang kaya yang mendaftar bidikmisi. Entah apa niat orang tersebut, kenapa begitu bangga jika kuliah dengan bidikmisi padahal dia adalah orang yang mampu. Sama halnya ia itu seperti membuat orang lain untuk tak bisa kuliah dengan beasiswa. Ia begitu tega sebagai sesama pemuda. Entah akan jadi apa negeri ini, jika orang-orang yang seperti itu masih ada. Ia sungguh merugikan. Semoga mereka yang seperti itu tersadarkan, dan mereka yang ingin menipu-nipu untuk mendapatkan bidikmisi juga tersadarkan.
Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.

Posting Komentar untuk "Jika Kamu Orang Kaya, Jangan Mendaftar Beasiswa Bidikmisi. Kamu Merampas Hak Orang Lain!"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ