Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tidak Ingin Kehilangan Kau Lagi

saat ku tenggelam dalam sendu
waktupun enggan untuk berlalu
ku berjanji tuk menutup pintu hatiku
entah untuk siapapun itu

semakin ku lihat masa lalu
semakin hatiku tak menentu
tetapi satu sinar terangi jiwaku
saat ku melihat senyummu

reff:
dan kau hadir merubah segalanya
menjadi lebih indah
kau bawa cintaku setinggi angkasa
membuatku merasa sempurna
dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
berdua denganmu selama-lamanya
kaulah yang terbaik untukku

kini ku ingin hentikan waktu
bila kau berada di dekatku
bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
kan ku petik satu untukmu

repeat reff

kaulah yang terbaik untukku

ku percayakan seluruh hatiku padamu
kasihku satu janjiku kaulah yang terakhir bagiku

repeat reff

Begitulah lirik lagu yang dinyanyikan Adera. Aku tahu sejak aku suka mendengarkan lagu Lebih Indah yang dinyanyikan Adera tersebut. "Dan kau hadir merubah segalanya, menjadi lebih indah," begitulah yang kurasakan dulu saat masa-masa awal kedekatan kita. Hanya saja, saat itu aku sedang ada ketetapan hati. Dialah wanita yang kusukai. Dia yang kusuka masih sering berkomunikasi. Aku tidak mau kamu menjadi subjek yang terluka. Meski kata maaf dari Dia terasa sangat menyakitkan buatku. Kata maaf itupun semakin menyakitkan hingga berubah jadi penghinaan. "Kecuali amu (kamu) pake pelet" begitulah kata-katanya dalam menggambarkan bahwa dia tidak akan mungkin bisa suka padaku.

Dia pikir aku suka. Dia pikir itu adalah inginku. Dia salah. Telah berapa banyak wanita yang aku abaikan. Dia tidak pernah tahu. Aku sama sekali tidak pernah ada rencana untuk suka pada Dia. Itu hanyalah takdir yang maha kuasa. Mungkin sebuah karma atas sikapku yang dulu terlalu dingin dan cuek pada wanita. Atau mungkin hanya cobaan menuju pada dosa. Godaan atas pribadi yang anti wanita. Aku sama sekali tidak menginginkan adanya rasa. Aku tidak menginginkan itu. Aku hanya patuh pada keputusanku untuk tetap mencintai Dia hingga aku lebih dewasa atau cukup umur. 5 tahun, hanya selama itu tempat untuk Dia akan ada di hatiku. Begitulah keputusanku dan fokus pada pendidikanku. Meski tetap saja wanita-wanita datang menggoda.

Dan kau hadir. Seperti ingin merubah segalanya. Membuat hari-hariku menjadi lebih indah. Menurutku Kau hadir disaat yang tidak tepat. Saat hatiku begitu dingin dam membeku. Tapi aku telah mengizinkanmu untuk mengenalku lebih dekat. Kupikir apa salahnya, mungkin dengan adanya dirimu bisa sedikit membuatku terhibur. Meski tidak akan ada status.

Menurutku Kau menyia-nyiakan kesempatan pertama itu. Kau memilih menerima hadirnya seorang yang lain. Tentu saja aku kecewa. Aku kecewa atas keputusanku yang tidak berusaha lebih dekat dengan kau. Melepaskan kau dan tidak membentengi kau dari hadirnya laki-laki lain. Kecewa juga atas keputusan kau yang ternyata sama juga dengan wanita lain yang butuh lelaki sebagai peliharaan. Tapi ya sudah, itu keputusanmu.

Seperti dugaanku, hubungan itu hanya sementara. Kau kembali padaku yang seolah berada pada posisi hina. Aku bisa saja menolak hadirnya kau sebagai teman. Tapi tidak kulakukan karena aku memang merasa peduli padamu. Kali ini aku ingin melindungimu dari laki-laki berengsek macam orang itu.

Waktu berlalu. Menurutku Kau kemudian memilih orang yang salah lagi. Entah mengapa aku merasa berhak memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Tidak ikut saranku untuk pilih kakak yang lebih tua itu. Kau malah memilih adik yang lebih muda. Aku hanya akan menunggu sampai kapan. Aku memang sengaja memutuskan komunikasi diantara kita. Aku ingin kau menikmati kebahagiaan sesaatmu itu. Selain itu, sikapmu Semakin aneh saja saat itu. Kau punya pacar yang kau pilih sendiri, lantas kenapa masih mencariku yang hina ini. Awalnya aku masih menanggapi, namun lama-lama kau entah kenapa semakin kurang ajar. Melecehkan aku yang kau undang untuk membantumu. Aku menjauh.

Tingkah lakumu yang semakin anehlah yang membuatku tidak segan melakukan blokir terhadap mu. Salah jika menurutmu aku tidak bisa marah dan tersinggung. Kau bukanlah dia yang dulu kusuka. Waktu ku masih untuk dia saat itu. Kau tahu itu, dan kau sepertinya tidak bisa menungguku. Kau memilih bahagia bersama orang lain yang sayangnya bukan orang yang aku rekomendasikan seperti pada permintaan rekomendasi yang kau tanyakan. Itu pilihanmu jadi menurutku kau seharusnya tidak butuh aku lagi. Akulah yang egois karena inginkan kau menunggu tanpa kata minta ditunggu. Ditambah lagi hadirnya dia yang lain, yang mulai perlahan menggeser Dia yang dulu kusuka. Dia yang lain memang punya seseorang dihatinya. Tapi aku rela meski hanya berakhir sebagai temannya.

Aku melepas blokir untukmu. Bagiku itu artinya bahwa aku telah memaafkanmu. Aku Tidak bisa selamanya menjauh darimu. Merasa itu tidak ada gunanya sebab benih-benih suka mulai tumbuh. Menerima semua tingkahmu dulu meski kadang aneh-aneh. Nomormu juga masih tersimpan di hapeku. Aku memang tidak pernah secara sengaja menghapus kontak. Belakangan hubungan kita kembali mencair. Kau menegurku dengan senyumanmu yang khas. Aku hanya ingin melihat sampai kapan akan begitu. Terkadang kau tetap cuek. Aku membalas dengan tidak kalah cueknya. Begitulah terus entah sampai kapan kita akan sama-sama cuek.

Ada sedikit rasa takut kehilangan. Itu artinya aku meragukan kehadiran Tuhan. Tapi dia yang lain jelas-jelas pernah bilang "idak lagi kak samo dio (pacarnya)" dan ternyata menikah dengan pacarnya itu juga. Bila aku percaya akan hadirnya Yang Maha Kuasa. Jadi aku seharusnya tidak ragu dan takut kehilangan kau lagi. Tapi nyatanya aku takut kehilangan kau lagi. Rasanya tidak enak saat melihatmu tertawa bersama orang lain. Sama sekali tidak enak, meski selalu kucoba tegar. Tetap ada pengaruhnya buatku.

Sepertinya benar aku takut kehilangan kau. Aku takut kehilangan Kau lagi. Tapi aku sendiri belum terlalu yakin. Tidak yakin dengan masa depan yang bisa aku tawarkan. Mungkin tidak akan ada kebahagiaan. Egois memang aku ingin kau tidak pacaran lagi sementara aku belum tentu arah. Sungguh permintaan yang egois yang tidak mampu kusampaikan. Sesuatu yang mungkin mustahil untuk era yang sekarang.

Takut kehilangan adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Andai jika saja aku benar-benar percaya dan yakin bahwa yang sudah tertulis untukku tidak akan tertulis untuk orang lain. Seharusnya sikapku tanpa keraguan akan takut kehilangan. Tapi ternyata aku hanyalah seorang manusia biasa yang jauh, masih penuh dengan keraguan. Aku ragu dan selalu takut kehilangan. Takut kehilangan kau lagi dan takut kehilangan kebahagiaan yang seolah sudah di depan mataku.

Ketakutan itu selalu saja terlihat nyata. Selalu menggoda untuk mengakhiri. Tapi disisi lain aku harus yakin bahwa takdir baik akan menanti orang yang sabar dan ikhlas dalam penantian.

Posting Komentar untuk "Tidak Ingin Kehilangan Kau Lagi"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ