Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Hampir Mati Pagi Ini

Hai guys, tadi pagi ada kejadian mengerikan yang nyaris merengut nyawa saya.

Ceritanya begini...

Saya lagi dalam perjalanan panjang dari rumah milik orang tua saya di Kota Pangkalan Balai menuju kampus utama Universitas Sriwijaya di Indralaya.

Cuaca sedang tidak bersahabat. Dari rumah hujan rintik mulai mengguyur bumi sedulang setudung. Di jalan cuacanya pun berubah-ubah berganti antara hujan dan panas.

Saya pergi mengendarai sebuah motor honda beat milik orang tua saya. Sejak tidak lagi ngekos atau menyewa bedeng/rumah kontrakan di Indralaya saya memang memutuskan untuk pulang-pergi dari rumah ke kampus di Indralaya.

Pilihan saya untuk pergi dari rumah saja daripada ngekos tujuannya jelas adalah untuk menghemat pengeluaran. Lagipula saat ini saya hanya menyisakan seminar proposal dan selanjutnya skripsi. Bimbingan dengan Dosen juga bisa dilakukan di kampus ke dua di daerah bikin, Palembang. Saya juga belum punya penghasilan sendiri (yang cukup untuk biaya hidup + kos di layo). Begitulah sehingga lebih efisien bagi keluarga saya untuk saya pulang kerumah orang tua.

Tentunya ada alasan kuat yang memaksa saya untuk menerobos cuaca yang tergolong ekstrim ini. Saya harus memastikan berkas pendaftaran seminar proposal saya yang ditolak. Meski hujan badai pun saya harus berangkat ke kampus.

Sistem birokrasi kampus yang masih agak berbelit membuat saya terpaksa harus berangkat kuliah meski cuaca sedang tidak bersahabat. Demi kejelasan nasip dan berkas saya terpaksa pergi.

Kejadian itu terjadi saat saya sedang melajukan sepeda motor saya di jalan Palembang-Indralaya. Saat itu saya hendak menyalip truk Fuso yang berjalan terlalu pelan.

Sebelumnya saya berjalan beriringan dengan beberapa kendaraan termasuk mobil Truk Fuso tersebut. Kendaraan-kendaraan di depan saya berjejer menyalip truk Fuso jenis dump truk tersebut. Saya pun juga memutuskan untuk ikut menyalit karena kondisi terbilang aman.

Tepat saat saat saya menyalip tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah mobil Toyota Fortuner yang seolah memaksa tidak mau memberi kami jalan.

Oh ya, sebelumnya saya tahu persis bahwa kondisi jalan di tempat kejadian cukup lebar, dengan bahu jalan yang sudah dicor rata setinggi badan jalan. Dengan begitu seharusnya mobil toyota Fortuner tersebut bisa sedikit bergeser ke kiri dan menyediakan jarak kosong di tengah untuk motor menyalip.

Dan ternyata mobil Fortuner tersebut cukup egois. Mengambil jalur terlalu tengah. Bahkan mobil di depan saya saja juga nyaris tidak bisa lewat andai saja tidak tepat waktu.

Saya pikir saya akan segera menjemput maut pagi ini. Saya pasrah karena posisi saya yang telah mencapai separuh badan mobil Truk Fuso yang hendak saya salip.

Masih Belum Waktunya Mati
Saya kaget bukan main karena mobil Fortuner tersebut malah makin ketengah menyisakan jarak yang semakin sedikit bagi saya untuk lewat. Saya pikir kalau tidak terjadi tabrakan ya bisa jadi saya akan berakhir di kolong mobil Truk Fuso yang saya salip.

Allah menunjukkan pertolongan nya. Saya masih diberi kesempatan untuk hidup. Mungkin memang belum waktunya bagi saya untuk menghadap Nya. Belum waktunya bagi saya untuk mati. Mungkin itu yang membuat Allah memberi pertolongannya kepada saya.

Bentuk pertolongannya adalah saat saya mencoba bergeser ke sisi kiri mobil truk Fuso yang saya salip ikut geser kekiri sehingga tidak terjadi senggolan. Kemudian mobil Fortuner tersebut juga ternyata sadar dengan juga agak geser ke sisi kiri jalannya.

Akhirnya saya selamat dan masih bisa sampai ke Kampus tercinta hingga bisa pulang kerumah dengan selamat.

Gemetaran
Saya sempat gemetaran setelah kejadian itu. Badan saya menggigil, bulu kuduk berdiri saat mengetahui jarak antara saya dan dua mobil tersebut sudah sangat dekat. Allah seolah ingin menunjukkan kuasanya. Betapa sungguh kematian itu ternyata sangat dekat dengan kita.

Kejadian itu cukup membuat saya merasa ngeri. Saya benar-benar syok, takut sekaligus pasrah apabila kematian datang menjemput saya. Mengingatkan saya untuk lebih berhati-hati dalam berkendara. Meskipun saya juga tergolong pengendara yang sangat berhati-hati dalam berkendara nyatanya pagi ini nyawa saya hampir saja melayang. Terserahlah orang-orang menyalip seolah punya nyawa cadangan

Kita tidak pernah bisa tahu kapan kita akan di panggil. Kemarin saya benar-benar kaget ketika teman KKN saya telah lebih dahulu dipanggil. Mengingatkan saya bahwa kematian bisa datang tanpa mengingat umur.

Maaf ya Allah saya belum bisa menjadi seorang hamba yang bena-benar taat. Terima kasih atas pertolongan-Mu. Tanpa-Mu mustahil saya masih bisa menghirup udara di malam ini dan menuliskan kisah ini.

Terima kasih.

Begitulah kisah saya hari ini, kisah saya yang nyaris meregang nyawa di jalanan Palembang-Indralaya yang mengerikan.

Silakan berikan komentar-komentar... :)

Posting Komentar untuk "Hampir Mati Pagi Ini"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ