Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mobil Kami Akhirnya Terjual

Hai guys, hari ini saya akan menceritakan sedikit dari dampak krisis ekonomi yang terjadi semenjak Bapak Joko Widodo menjabat sebagai Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bapak-bapak yang berwenang di negeri ini seolah sudah buta dan tuli karena tidak bisa melihat dan mendengar derita rakyat di negeri ini. Mereka malah dengan entengnya berkata bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang baik-baik saja. Ya baik-baik saja jika kita melihat dompet investor yang terus terisi begitupun dompet-dompet tikus-tikus istana yang sudah meluber tak mampu menampung uang hasil korupsi yang menggunung. saya tidak akan bicara soal angka sekian persen pun karena angka-angka tersebut didapat dari dompet-dompet yang kian menggunung di tengah kesulitan orang lain.

Kisah ini bukanlah kisah orang lain tapi merupakan kisah yang saya bersama keluarga alami sendiri. Kisah ini merupakan kisah nyata yang benar-benar terjadi. Kemarin tanggal 4 Desember 2016, Akhirnya mobil satu-satunya milik keluarga kami telah resmi berpindah tangan. Sebuah mobil minibus bermerek Mitsubishi L300 milik kami telah resmi kami jual kepada orang lain. Mobil kami dijual alasannya untuk bayar hutang dan tambahan modal buat jualan. Hutang-hutang yang sebelum era Bapak Jokowi jadi Presiden lancar kami bayar lambat laun menjadi beban yang memberatkan.

Kami adalah keluarga pedagang, ayah dan ibu saya keduanya adalah pedagang di pasar. Satu-satunya sumber pemasukan kami adalah dari hasil jualan di pasar. Sejak Jokowi jadi Presiden pasar jadi sepi, jual ini dan itu lakunya sedikit dan lama sekali baru habis, itupun untungnya juga sedikit. Sementara keluarga kami terikat hutang pada bank dan harus membayar tiap bulannya. Pengahasilan yang terus turun diperparah dengan lokasi tempat kami berdagang di pindah pihak pengelola pasa dan modal yang semakin sedikit karena sebagian digunakan untuk membayar hutang.

Sebelum era Jokowi omset keluarga kami di atas 5 juta perbulan, ini dihitung berdasarkan pengeluaran wajib keluarga kami yang lebih dari 5 juta. Pengeluaran tersebut antara lain untuk bayar cicilan utang bank, cicilan kredit sepeda motor , biaya kuliah saya saudara kembar saya dan adik perempuan saya, termasuk untuk biaya sewa kos-kosan saya dan saudara kembar saya selama kuliah di Inderalaya.

Jelas kondisi ini yang kami alami adalah salah Presiden Jokowi. Setahun setengah atau 3 semester lamanya orang tua kami tidak lagi membayar SPP saya dan saudara kembar saya yang bernama Deki. Kami bayar SPP sendiri pakai hasil dari uang beasiswa PPA/BPP-PPA NAMUN KEMUDIAN tahun 2016 PAK JOKOWI Sepertinya TIDAK LAGI MENGANGGARKAN untuk BEASISWA TERSEBUT alasannya tidak jelas mungkin tidak ada dana. Meski ada beasiswa tersebut pun kami masih keteteran karena seperti "BIASA" beasiswa cairnya selalu telat. Saya dan saudara saya Deki juga punya Bisnis lain Berupa Penyewaan alat Camping karena kami pernah ikutan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas Sriwijaya namun tetap saja hasilnya belum memadai.Padahal ketika kampanye bapak Jokowi lantang berkata ''DANANYA ADA (dana untuk membiayai program) PERSOALANNYA TINGGAL MAU KERJA APA NGGAK'' brati kerja bapak gagal dong? Buktinya, sekarang ekonomi makin sulit.

Teman ayah saya yang tadinya bos ayam sekarang jadi tukang ojek. Belum lagi dua paman saya di palembang yang bos truk ekspedisi sekarang bisninya bangkrut.

Sesekali saya bilang pada orang tua kami yang memilih Jokowi jadi presiden ''sapa suruh pilih Jokowi'' atau ''Salam gigit jari''.

Jadi kesimpulannya menurut saya krisis ekonomi kali ini salah Jokowi. Kalau beliau tidak mau di salahkan trus siapa lagi yang harus disalahkan di negeri ini, apa kami para pedagang kecil yang harus disalahkan?.
Wahai pak Jokowi buktikanlah mana hasil ''Kerja'' mu? apa Bangkrutnya Indonesia yang ungkin akan jadi hasil "KERJA"mu.

Untuk membayar hutang dan menambah modal, keluarga kami telah menjual motor kesayangan ayah saya, kemudian akhirnya kami juga berniat menjual mobil keluarga kami tersebut. mobil tersebut merupakan mobil tua dan tergolong boros bahan bakar sehingga calon pembeli agak sungkan untuk membelinya. kondidi mesin mobil tergolong waras cukup servis sedikit, bayar pajak kendaraan dan siap dibawa kemana saja. Sudah lama mobil tersebut ditawarkan kemana-mana namun kebanyakan calon pembeli tidak serius ingin membelinya. Pada akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, setelah cek-cek kondisi mobil dan nego-nego soal harga tanggal 4 Desember 2016 kemarin ada juga orang yang mau membelinya. Terjualnya mobil tersebut mungkin rejeki untuk adik saya yang sebentar lagi harus melunasi biaya kuliah semester ini sebelum UAS.

Yah begitulah cerita saya tak ada orang lain yang patut disalahkan disini selain sang Presiden Joko Widodo karena beliaulah yang telah bersedia menanggung beban berat sebagai Pemimpin Formal tertinggi di Indonesia (baca juga: Perbedaan Pemimpin Formal dan Pemimpin Informal). Yuk utarakan ceritamu semenjak Bapak Joko Widodo menjadi Presiden RI, tulis di kolom komentar ya...

Posting Komentar untuk "Mobil Kami Akhirnya Terjual"

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ