Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Teori Ketergantungan (Dependency Theory)




Teori Ketergantungan (Dependency Theory) dikembangkan pada akhir tahun 1950-an oleh Raul Presibich (Direktur Economic Commission for Latin America, ECLA). Dalam hal ini Raul Presbich dan rekannya bimbang terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang tumbuh pesat, namun tidak serta merta memberikan perkembangan yang sama kepada pertumbuhan ekonomi di negara-negara miskin. Bahkan dalam kajiannya mereka mendapati aktivitas ekonomi di negara-negara yang lebih kaya sering kali membawa masalah-masalah ekonomi di negara-negara miskin. Hal Ini oleh para teori neo-klasik tidak dapat diprediksi sebelumnya dan dianggap bertentangan, oleh karena teori neo-klasik mengandaikan pertumbuhan ekonomi akan memberi manfaat kepada semua negara walaupun manfaatnya tidak selalui dibagi secara sama rata.



Raul Presbich
Kajian Prebisch mengenai fenomena ketergantungan ialah

negara-negara miskin mengekspor komoditi ke negara-negara kaya yang kemudian menjadikan barang komiditi tersebut menjadi barang siap pakai dan kemudian menjual kembali barang tersebut kepada negara-negara miskin. Nilai tambah yang ada oleh karena barang tersebut menjadi barang yang siap tentunya menimbulkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan barang yang belum siap. Oleh karena itulah, mengapa negara-negara miskin sentiasa tidak memperoleh pendapatan yang cukup dengan ekspor mereka karena terpaksa membayar lebih besar untuk mengimpor barang yang lebih siap dari negara-negara maju.
Presbich kemudian mengeluarkan suatu solusi terhadap kenyataan yang ada, yaitu negara-negara miskin sepatutnya melakukan program dengan menggantikan atau mencari pengganti barang yang selama ini mereka impor sehingga mereka tidak perlu lagi membeli barang siap dari negara-negara kaya. Negara-negara miskin juga perlu menjual produk-produk utama mereka ke pasaran dunia, akan tetapi cadangan devisa (mata uang asing) yang mereka peroleh dari penjualan produk utama tersebut jangan digunakan untuk membeli barang manufaktur dari luar.
Namun demikian, paling tidak ada tiga hal pokok yang membuat kebijakan seperti tersebut di atas sulit untuk dilakukan yaitu:
1.      Pasar domestik negara-negara miskin tidak cukup besar guna mendukung skala ekonomi yang digunakan negara-negara kaya untuk terus membuat harga yang lebih rendah.
2.      Kemauan politik (political will) negara-negara miskin terhadap transformasi (perubahan) dari sekadar menjadi produser komodoti barang primer sesuatu yang mungkin atau diinginkan.
3.      Sejauh mana negara-negara miskin sebenarnya memiliki kontrol terhadap produk utama mereka, khususnya bagi penjualan barang tersebut di luar negeri.

Andre Gunder frank : pembangunan keterbelakangan
Menurutnya keterbelakangan dan kemiskinan negara-negara pinggiran (negara satelit) bukanlah sebuah gejala alamiah dan bukan karena kekurangan modal. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan akibat dari proses ekonomi, politik dan sosial sebagai implikasi dari globalisasi dari sistem kapitalis. Artinya kemiskinan di negara satelit disebabkan oleh adanya pembangunan di negara pusat.
Frank membagi negara – negara menjadi dua yaitu negara metropolis dan negara satelit. Negara metrolis bekerjasama dengan elit lokal negara satelit untuk melakukan dominasi di negara satelit.
Frank menyajikan lima tesis tentang dependensi, yaitu :
1.      Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara pusat dan satelitnya, pembangunan pada negara satelit dibatasi oleh status negara satelit tersebut.
2.      Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap negara pusat sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari modernisasi yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat dilakukan dengan hubungan dan difusi dengan negara maju.
3.      Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara yang memiliki kedekatan ikatan dengan negara pusat pada masa lalu.
4.      Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan keuntungan ekonomi negara pusat.
5.      Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan menurunnya kemampuan berproduksi pertanian di negara satelit.
Theotonia Dos Santos: Struktur ketergantungan
Theotonia Dos Santos mendefinisikan Ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi Negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi Negara lain, di mana Negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja
Menurut Dos santos Negara-negara satelit merupakan negara bayangan dari negara metropolis. Artinya ketika negara metropolis (induk) mengalami kemajuan maka negara satelit akan maju pula. Begitu juga sebaliknya ketika negara metropolis mengalami krisis maka negara satelit akan terkena dampaknya pula. Akan tetapi kemajuan dan atau kemiskinan tersebut bukanlah indikator pembangunan dinegara satelit, karena hal itu hanyalah refleksi dari negara metropolis saja. Bagaimanapun juga negara satelit tetap tenggelam dalam ketergantungan terhadap negara metropolis.
Pandangan ini bertentangan dengan pendapat Frank, frank memandangan hubungan negara satelit dengan negara metropolis selalu bersifat parasitisme (negatif) atau merugikan negara satelit. Namun menurut Dos Santos hubungan tersebut tidak selamanya besifat negatif. Walaupun hanya sebagai refleksi Negara metropolis.
Dos Santos menguraikan ada 3 bentuk ketergantungan:
1). Ketergantungan Kolonial
  • Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran.
  • Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat.
  • Hubungan penjajah – penduduk sekitar bersifat eksploitatif negara pusat.
  • Negara pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan pengusaha lokal.
2). Ketergantungan Teknologis-Industrial
  • Bentuk ketergantungan baru.
  • Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk negara pusat.
  • Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.
3). Ketergantungan Teknologis-Industrial
  • Bentuk ketergantungan baru.
  • Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk negara pusat.
  • Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.
Theotonio Dos Santos menekankan pada dimensi sejarah untuk menjelaskan adanya hubungan ketergantungan, yaitu:
[Dependency is]…an historical condition which shapes a certain structure of the world economy such that it favors some countries to the detriment of others and limits the development possibilities of the subordinate economics…a situation in which the economy of a certain group of countries is conditioned by the development and expansion of another economy, to which their own is subjected. (Theotonio Dos Santos, “The Structure of Dependence,” in K.T. Fann and Donald C. Hodges, eds., Readings in U.S. Imperialism. Boston: Porter Sargent, 1971, p. 226)
Makna yang dapat ditangkap dari pernyataan Dos Santos ialah bahwa keterbelakangan/ketergantungan ekonomi Negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh tidak terintegrasinya ke dalam tata ekonomi kapitalisme, tetapi monopoli modal asing, pembiayaan pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional dan nasional mampu mencapai posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan negara maju, yang pada gilirannya menjadikan Negara Dunia Ketiga mereproduksi keterbelakangan, kesengsaraan, dan marginalisasi sosial di dalam batas kewilayahannya.
Dalam hal ini tanpa negara-negara kaya, negara-negara miskin dianggap tidak mampu untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Karenanya negara-negara kaya secara aktif terus melakukan dominasi terhadap negara miskin yang dilakukan di pelbagai sektor, seperti ekonomi, media, politik, perbankan dan keuangan, pendidikan, dan semua aspek pembangunan sumber manusia.
Tedapat tiga ciri persamaan atas definisi yang disepakati oleh para ahli teori ketergantungan. Pertama, ketergantungan membentuk sistem internasional yang terdiri dari dua negara yang digambarkan sebagai dominan/tergantung, pusat/periferi atau metropolitan/satelit. Negara-negara dominan adalah negara maju yang mempunyai kemajuan industri dan tergabung dalam Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Sedangkan negara-negara tergantung adalah Amerika Latin, Asia dan Afrika yang memiliki pendapatan per kapita yang rendah serta bergantung sepenuhnya kepada ekspor satu jenis komoditi untuk memperoleh devisa (foreign exchange).
Kedua, memiliki asumsi yang sama bahwa adanya kekuatan (dorongan) dari luar merupakan satu-satunya aktivtas ekonomi yang penting di dalam negara-negara yang bergantung. Kekuatan luar ini termasuklah Perusahaan Multi National (MNC’s) MNC, pasar komoditi internasional, bantuan luar negeri, komunikasi dan berbagai bentuk lainnya yang oleh negara-negara maju digunakan untuk kepentingan ekonomi mereka di luar negeri.
Ketiga, pengertian ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara negara yang mendominan dan yang bergantung adalah dinamis, karena interaksi antara dua negara bukan hanya untuk saling menguatkan, tetapi juga untuk meningkatkan pola/corak yang tidak merata dalam pembagian ekonomi.
Seperti dinyatakan di atas, bahwa teori ketergantungan pertama kali dikemukakan oleh Prebisch dan dikemukakan kembali oleh ahli teori Marxis, Andre Gunder Frank dan diperlunak oleh Theotonia Dos Santos.
Teori ketergantungan lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori ketergantungan mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Munculnya teori ketergantungan lebih merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.
Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan juga merupakan persoalan sosial politik. Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan keterbelakangan negara Dunia Ketiga. Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini, teori ketergantungan memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.

Deka Firhansyah, S.I.P.
Deka Firhansyah, S.I.P. Saya saudara kembar dari Deki Firmansyah, S.E. Seorang pelajar yang masih ingin terus belajar. Biasa di panggil Dek, meski saya lebih suka dipanggil DK atau cukup K. Kami Blogger asal Kota Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan kelahiran Selasa, 29 Maret 1994. Senang berbagi informasi sejak kenal internet dan Facebook kemudian mengantarkan saya mengenal blog. Rutin menulis apa saja yang ingin saya tulis termasuk curhat di blog sejak tahun 2016. Selengkapnya kunjungi halaman about.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ